Rasa Gangan ini persis dengan sayur pacri nanas yang saya temui di Pontianak. Bumbu cabe dan segar nanas sangat terasa dalam semangkuk sup ini. Rasa asam manis sangat dominan dalam kuliner ini. Di lain sisi, ikan bakar bumbu bendera terdiri dari 2 bumbu yakni bumbu manis dan bumbu pedas. Rasa bakar dan aroma bakar sangan tercium harum, ikan yang dibakar jika dicocol sambal terasa sangat sempurna sebagai lauk makan kami. Oh iya, jika kalian menyempatkan kesini, kalian harus pesan cah kangkung belacannya. ENAK BANGET !
Hari ketiga kami di Belitung kami memilih untuk menjelajah daerah Belitung Timur. Kami lalu melihat peta dan mengetahui bahwa jaraknya lumayan jauh.Â
Perjalanan ke Belitung akan menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam berkendara menggunakan motor. Kami pun bergegas berkendara. Ketika di tengah perjalanan kami sempatkan untuk mampir di Danau Kaolin. Danau ini cukup luas, airnya berwarna biru tosca dan dikelilingi batuan sebesar pasir yang berwarna putih ke abu-abuan. Tempat ini cukup terkenal, tetapi kita tidak bisa masuk ke dalam karena tempat ini masih dijadikan lokasi tambang.
Kami lalu melanjutkan perjalanan. Jalanan di Belitung ini mayoritas mulus, tidak banyak lampu merah, sehingga kita bisa menggeber motor kita dengan kecepatan tinggi. Kami berkendara hingga sampai ke sebuah kota di Belitung Timur bernama Manggar.Â
Berdasarkan riset yang kami lakukan, di Manggar ini juga terkenal dengan warung kopinya. Oleh karena itu, langsung kami arahkan motor kami untuk mencari sebuah warung kopi yang terlihat ramai. Pilihan kami jatuh kepada Warung Kopi Atet. Seperti biasa, kami pesan kopi susu dan telur setengah matang. Begitu menyeruput kopi susunya, rasanya nikmat sekali, kopinya harum. Menurut saya kopi yang ada di warung ini lebih enak daripada kopi yang saya coba kemarin di Kong Djie.
Setelah puas nyeruput kopi, kami mencari makan siang. Kami ingin mencari kuliner khas Manggar tetapi tidak menemukannya. Akhirnya kami singgah di rumah makan yang lokasinya berdekatan dengan warung kopi Atet tadi. Tempatnya dari luar kecil. Hanya ada 1 meja yang berada di teras rumah makannya.Â
Nama Warung Mie ayam ini Siu Mie, walaupun namanya chinese tetapi tenang, makanan ini halal. Kami memesan mie ayam bakso dan mie ayam pangsit. Harga untuk dua mangkok ini sekitar Rp. 44.000. Kalian harus coba mie ayam ini, ibunya sudah jarang buka karena suka jalan-jalan, sehingga kalau warung ini buka harus dicoba. Enak banget ! terlebih mie pangsitnya. Kuahnya gurih banget ! kaldunya ringan tapi berasa. Ibunya memang sudah agak tua tapi ramah sekali. Kami diberikan rekomendasi tempat jalan sembari menikmati mie ayam buatannya.
Di Kampung Ahok, kita bisa mendapati oleh-oleh khas Belitung seperti kue rintak, sirup jeruk kunci, terasi Belitung di jual disini. Ada juga kue buatan Ibu dari Pak Ahok dijual disini. Di depan gedung Kampung Ahok, ada sebuah rumah megah berwarna pink, nah menurut Ibu yang saya temui di mie ayam tadi.Â
Rumah ini adalah rumah peristirahatan keluarga Pak Ahok. Saya pun mulai melihat-lihat rumah ini, tapi seperti tidak berpenghuni. Setelah bertanya-tanya, keluarga pak ahok sedang berada di Jakarta, pantas saja terlihat sepi. Di Galeri Batik Simpor, kami disuguhkan beragam batik yang motifnya khas Belitung. Ada motif kopi, motif daun simpor, harganya kisaran Rp. 250.000.