Melanjutkan tulisan mengenai pengalaman umroh di Madinah, kali ini perjalanan saya berlanjut ke Mekkah. Perjalanan kami lanjutkan menggunakan bus, tetapi sebelum itu kami melakukan ziarah wada (ziarah perpisahan) ke makam Rasulullah. Sewaktu kita datang ke Madinah kita melakukan ziarah, dan sewaktu ingin keluar dari madinah juga ziarah.Â
Siang hari setelah makan, kami lalu menaiki bus untuk melanjutkan kegiatan umroh. Perjalanan Madinah - Mekah ini cukup panjang, menghabiskan sekitar 6 jam perjalanan. Dalam perjalanan tersebut kami sudah menggunakan kain Ihram dan menyempatkan berhenti di Masjid Bir Ali untuk mengambil niat umroh dan berihram.Â
Kalau sudah berada di keadaan Ihram, kita tidak boleh memakai pakaian berjahit, tidak boleh menggugurkan rambut, tidak boleh membunuh binatang, tidak boleh berkata kasar, banyak larangan lain yang kita tidak boleh lakukan. Saya pribadi nggak terlalu masalah dengan larangan tersebut, hanya saya merasa risih karena biasanya itu pake sempak dan ini gak pake sempak.
Sesampainya di hotel, kami hanya berhenti untuk makan dan menaruh koper, setelah itu dengan badan yang masih lelah dan mata yang mengantuk kami langsung ke Masjidil Haram untuk melakukan ibadah Umrah meliputi Thawaf, Sa'i, dan Tahalul. Dengan bimbingan dari muthawif kami melakukan putaran 7 kali berlawanan dengan arah jarum jam dengan ka'bah selalu berada di kiri kita.Â
Sesekali melambaikan tangan ke arah hajar aswad, dan membaca doa-doa yang kita tahu. Setelah 7 putaran, kami lanjutkan sholat sunnah thawaf, minum zamzam, lalu menuju bukit safa dan marwa untuk melakukan sai. Sai juga dilakukan dengan 7 putaran, dimulai dari Safa selesai di Marwa, setelah itu kami lalu potong rambut (tahalul), banyak yang memotong rambutnya sampe botak, tetapi saya tidak, saya potong sedikit saja, secukupnya.Â
Karena ibadah kita itu dilakukan setelah perjalanan panjang, maka lelahnya badan pun sangat terasa. Ditambah dengan jauhnya jarak masjid dari hotel, banyak orang yang sudah tua jatuh sakit, sehingga malah jarang pergi ke masjid, sangat disayangkan. Bahkan ada dari kelompok saya yang sampai meregang nyawa karena penyakitnya kumat.
Semoga beliau mendapatkan surga karena bisa wafat di tanah haram. Amin. Jangan lupa untuk membawa obat, vitamin, madu sebagai pelembab bibir, semua ini penting karena badan benar benar harus fit untuk melakukan ibadah umrah. Melelahkan.
Banyak yang menarik dari Mekah dan Masjidil Haramnya, contohnya ya ka'bahnya, hajar aswadnya, hijr ismalilnya, safa marwanya. Jujur saya sangat merinding dan takjub melihat bentuk ka'bah ini, biasanya hanya saya lihat di gambar di sajadah mesjid mesjid, tapi ini saya lihat langsung, dan ketika sholat mata saya tidak pernah melihat kebawah, tapi saya lihat benar ka'bah ini saking takjubnya.Â
Di masjidil banyak tempat yang mustajab untuk memanjatkan doa, banyak orang mencium ka'bah, memegangnya, menangis didepannya, tapi ada satu hal yang tidak bisa lepas dari perhatian saya yakni hajar aswad, selalu ramai dengan orang yang ingin menyentuhnya dan menciumnya. Konon katanya, dulu hajar aswad itu batu berwarna putih, lalu berubah menjadi hitam seiring dengan banyaknya manusia yang menciumnya, ada yang bilang kalau hajar aswad menyerap dosa manusia dan akan semakin hitam dari hari ke hari, bentuknya hitam dan agak cekung terletak di sebelah pintu ka'bah.
Saya sungguh penasaran dengan bagaimana bentuknya batu tersebut, sukur sukur bisa memegangynya ataupun menciumnya. Di dua hari terakhir saya di Mekah, saya benar benar berusaha untuk menuju batu tersebut. Terlalu banyak orang yang ingin melakukan hal yang sama, dan semua berdorong-dorongan, sangat menguras tenaga.Â
Saya berkali kali keluar dari kerumunan dengan badan lusuh karena penuh keringat, lemas karena terhimpit orang orang arab yang badannya mirip raksasa. Akhirnya saya melakukan riset, bertanya dengan beberapa orang bagaimana caranya. Akhirnya ada yang memberikan tips yakni jangan membawa apapun kecuali badan, lalu mengendap endap dari pojok ka'bah, kalau rejekinya ada, momennya dapet, ya dapetlah itu memegang atau mencium hajar aswad.Â
Saya berusaha beberapa kali dan hampir menyerah, tiba tiba ada orang Indonesia tampak seperti santri mendekati saya lalu berkata, "Mas mau dianter ke hajar aswad?" lalu saya pun menolak tawaran tersebut dengan alasan mau mencoba sendiri tanpa bantuan. Beberapa saat setelah itu, saya pun menyerah dan kembali ke hotel. Besoknya saya bisa menyentuh hajar aswad dan menciumnya. Tak terasa saya sudah harus berpisah dengan Mekah dan saya akan menuju rumah.Â
Saat di bandara, seperti biasa kami bercerita dengan jamaah lain tentang pengalaman ibadah yang telah kami lakukan, saat saya bercerita tentang Hajar Aswad, ada satu jamaah yang nyeletuk, "Wah saya juga ditawari mas? saya terima lalu saya diantarkan, saya bersyukur ada orang baik yang mau bantuin, setelah diantarkan dia tiba tiba meminta 100 Riyal karena sudah membantu mengantarkan ke hajar aswad, saya gak punya uang, saya kasih 50 Riyal. Ternyata Makelar Hajar Aswad". Saya merasa kasihan, tapi juga bersyukur disaat yang sama karena saya tidak kena.Â
Saya lalu teringat kata CakNun bahwa orang Indonesia itu bisa menggabungkan sifat setan dalam malaikat dengan luwes. Saya sampe sekarang masih geleng geleng, di Masjidil Haram, di Masjid yang paling agung, yang ada ka'bahnya, yang kalau berbuat baik nilainya 100.000 lebih baik dari masjid lain, orang Indonesia dengan tenang jadi Makelar di Hajar Aswad, Salut ! AHAHAHAHAHA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H