Mohon tunggu...
Rubeno Iksan
Rubeno Iksan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah S1 di Universitas Negeri Semarang

Pena lebih tajam daripada pedang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ilusi Negara Agraris

21 Maret 2024   21:38 Diperbarui: 21 Maret 2024   23:56 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani sedang menanam padi. (Reuters)

Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, kenaikan harga bahan pangan dipengaruhi oleh alur distribusi, kuantitas, dan cuaca. Semakin sulit alur distribusi bahan pangan, semakin mahal juga harga bahan pangan tersebut, seperti beras. Maka tidak heran, harga beras di Indonesia lebih mahal dibandingkan Myanmar, padahal Myanmar lebih miskin dari Indonesia. Selain itu, kuantitas juga memengaruhi harga bahan pangan, apabila menggunakan teori supply and demand. Apabila permintaan naik sementara stok barang yang dimiliki hanya sedikit, harga barang tersebut akan naik. Faktor terakhir adalah cuaca, namun faktor ini bisa disiasati dengan berbagai riset yang berkaitan dengan pertanian (agroteknologi). 

Tidak cukup sampai di situ, perubahan sistem ekonomi Indonesia yang sebelumnya hanya berkutat pada ekonomi agraris menjadi ekonomi industri dan jasa, membuat sawah-sawah hilang satu per satu, digantikan dengan bangunan-bangunan pencakar langit maupun pabrik-pabrik. Bahkan, ada juga yang tergantikan dengan perkebunan besar yang dikelola oleh perusahaan perkebunan besar, baik yang berbasis di Indonesia maupun investor asing. 

Dengan demikian, Indonesia yang dipuja-puja sebagai salah satu 'negara agraris' selama ini, hanyalah omong kosong belaka. Ketika harga bahan pangan naik, justru yang disalahkan adalah alam dan rakyat. Padahal, masalah tersebut berasal dari mismanajemen dan minimnya anggaran riset dan pengembangan teknologi pertanian (agroteknologi). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun