Mohon tunggu...
Rubeno Iksan
Rubeno Iksan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah S1 di Universitas Negeri Semarang

Pena lebih tajam daripada pedang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ilusi Negara Agraris

21 Maret 2024   21:38 Diperbarui: 21 Maret 2024   23:56 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain petani, veteran perang juga memiliki nasib yang serupa. Memang ada beberapa veteran perang yang hidupnya cukup mapan, namun ada beberapa yang tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah. Biasanya, veteran-veteran yang 'terbuang' ini, pangkatnya terletak di bawah jenderal atau yang setingkat dengan itu. Apabila dilihat dari realitas sosial saat ini, artis-artis TikTok, sebut saja seperti Satria 'Cogil' Mahatir yang tersangkut kasus pengeroyokan beberapa waktu lalu ini, lebih digandrungi oleh anak-anak muda , bahkan ada pula yang diundang ke sebuah acara televisi seperti Fajar 'Sadboy' beberapa tahun yang lalu. 

Bergesernya fungsi ITB: dari universitas pertanian ke PTN-BH biasa 

Ilustrasi mahasiswa IPB. (Merdeka.com)
Ilustrasi mahasiswa IPB. (Merdeka.com)

Sebetulnya, universitas yang kini dikenal sebagai IPB University ini memang dirancang untuk mencetak sarjana-sarjana yang menekuni ilmu-ilmu seputar pertanian dan perkebunan, bukan sebagai kampus 'limpahan' bagi orang-orang yang tidak diterima di PTN non-pertanian seperti UI, Unpad, Undip, UB, dan sejenisnya (mereka juga memiliki fakultas pertaniannya masing-masing), mengingat IPB University, sama seperti ITB, juga memiliki fakultas ekonomi dan bisnis (FEB) dan fakultas kedokteran. 

Gelombang pembukaan fakultas kedokteran (FK) di universitas yang bukan 'tempatnya' seperti di IPB University ini mengubah pemikiran orang-orang tentang universitas tersebut, yang sebelumnya dirancang sebagai institut pertanian. 

IPB pada awalnya adalah sub-unit Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, yang didirikan pada tahun 1952 dan kemudian pisah pada tahun 1960an, sebagai upaya awal Presiden Soekarno untuk membuat personal branding Indonesia sebagai negara agraris. Bung Karno membuat dan mengembangkan institut tersebut sebagai salah satu terobosan baru dalam mengatasi kelangkaan pangan pasca-revolusi, dengan mencetak sarjana-sarjana pertanian. 

Hingga tahun 2001, hampir seluruh fakultas di IPB berkaitan dengan ilmu-ilmu pertanian, perkebunan, dan peternakan. Semua berubah ketika Fakultas Ekonomi dan Manajemen berdiri di tempat yang 'tidak seharusnya' itu. Selanjutnya, Fakultas Kedokteran dibuka di institut pertanian tersebut, pada tahun 2022, dibentuk dan disahkan sesuai dengan adanya UU Pendidikan Kedokteran yang baru. Semenjak itu, IPB University dapat dikatakan betul-betul berubah drastis. 

Hal tersebut membuktikan bahwa pemerintah tidak memiliki perhatian khusus di bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan serta tidak memiliki minat untuk mengembangkan teknologi pertanian, peternakan, dan perkebunan serta membiarkan lahan-lahan pertanian digantikan dengan tanaman-tanaman beton, seperti kawasan industri. Solusi yang ditawarkan oleh pemerintah untuk mengatasi dan mencegah kelangkaan pangan, hanya membangun bendungan-bendungan megah tanpa memikirkan sesuatu untuk menanggulangi bencana pangan melalui pendekatan agroteknologi. Sekilas, pembangunan waduk dan jaringan irigasi dapat membantu petani dalam menggemburkan tanah dan menumbuhkan bibit-bibit padi dan palawija, namun hanya dalam jangka pendek. Apabila terjadi musim kemarau dan hama-hama muncul, bibit tersebut tidak tumbuh atau layu. 

Lucunya, apabila terjadi kenaikan harga bahan pokok dan kelangkaan pangan, yang keluar dari mulut seorang menteri pertanian maupun para pejabat yang menangani masalah pangan, adalah: 'Itukan karena hujan, blablabla....'. Intinya, dengan menyalahkan alam dan rakyat, semua masalah dapat selesai dengan secepat kilat. 

'Negara agraris' hanyalah sebuah paradoks!

Sebagai sebuah negara agraris, suatu negara harus bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya. Negara juga harus bisa mengatur keberlangsungan hidup para petani dan dapat mencegah segala macam bentuk kecurangan dalam proses distribusi bahan-bahan pangan, seperti beras. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun