Mohon tunggu...
Rubeno Iksan
Rubeno Iksan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah S1 di Universitas Negeri Semarang

Pena lebih tajam daripada pedang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perlukah Universitas Melarang Keberadaan Dosen yang "Killer"?

20 November 2023   14:25 Diperbarui: 26 November 2023   00:21 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi depresi. (Sumber foto: Shutterstock)

Secara pemikiran, generasi Z lebih kreatif dan terbuka, namun lebih manja dan serba instan dibandingkan generasi-generasi sebelumnya, karena hidup di tengah gempuran teknologi. 

Apalagi dalam urusan kesehatan mental (mental health), generasi Z lebih concern dan aware dibandingkan generasi-generasi sebelumnya, karena generasi ini lebih rentan terhadap penyakit mental seperti depresi dan kurang percaya diri yang berujung pada aksi bunuh diri. 

Dengan demikian, pelarangan dosen yang 'killer' yang diberlakukan oleh UGM merupakan salah satu upaya preventif dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa. 

Namun, apakah dengan pelarangan dosen-dosen yang 'killer' ini berdampak signifikan terhadap kedisiplinan mahasiswa? 

Apakah dengan pelarangan dosen yang 'killer' tersebut membuat mahasiswa bebas untuk tidak mengerjakan tugas dan menyepelekan dosen, seperti yang terjadi di lingkup pendidikan dasar dan menengah sekarang, yang di mana, anak didiknya bebas untuk menghina, merisak, bahkan membacok gurunya sendiri? 

Sebenarnya, pelarangan ini ibarat dua mata pedang. Di satu sisi, mahasiswa merasa tenang karena tidak terbebani oleh tugas-tugas yang tidak masuk akal dan dapat melakukan pekerjaan sampingan tanpa harus terbebani oleh tugas-tugas yang terlalu banyak.

 Dengan begitu, mahasiswa bisa mengembangkan potensinya di luar lingkungan perkuliahan seperti kemampuan berwirausaha. 

Akan tetapi, dengan pelarangan dosen yang 'killer' dan tegas dalam berbagai aspek, misalnya keterlambatan, pengumpulan tugas, maupun attitude, hal ini justru menjadi bumerang bagi para dosen. Maka jangan heran, ada mahasiswanya sendiri yang berani melawan dosennya, hanya karena masalah sepele. 

Bayangkan saja, di era disrupsi seperti ini, tenaga pendidik seolah tidak ada harganya. Guru pada zaman sekarang menjadi bahan pelampiasan para murid hanya karena masalah sepele, seperti nilai buruk, tersinggung karena ditegur, maupun masalah-masalah lainnya yang bersifat sepele. 

Begitupula di lingkungan perkuliahan, apabila dosen tidak bisa bersikap tegas (namun jangan terlalu tegas dan keras terhadap mahasiswa, alias ala kadarnya) kepada mahasiswa. Bisa saja, ketika menghadapi lingkungan kerja yang lebih keras, para mahasiswa tidak siap dalam menghadapi tekanan pekerjaan. 

Jadi, gimana menurut kalian? Apakah kalian setuju dengan adanya kebijakan ini? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun