Hubungan antara Israel dan negara-negara Arab telah lama ditandai dengan ketegangan, permusuhan, dan konflik terbuka. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul peluang baru yang mendorong kerja sama antara Israel dan beberapa negara Arab. Salah satu contoh terbaru adalah normalisasi hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, serta Sudan melalui Perjanjian Abraham yang ditengahi oleh Amerika Serikat pada tahun 2020. Meski masih ada banyak tantangan, hubungan ini menunjukkan bahwa kerja sama antara Israel dan negara Arab tertentu mungkin lebih pragmatis dan efektif dibandingkan dengan kerja sama yang terjadi di dalam Liga Arab.
Peran Diplomasi dan Ekonomi
Salah satu faktor utama yang mendorong normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab adalah kepentingan ekonomi dan diplomatik bersama. Israel memiliki teknologi tinggi yang sangat dihargai, terutama di bidang pertahanan, keamanan siber, dan inovasi digital. Negara-negara Arab yang kaya akan sumber daya alam, seperti minyak dan gas, memandang potensi kolaborasi ekonomi ini sebagai peluang untuk mempercepat pembangunan ekonomi mereka yang berkelanjutan.
Selain itu, negara-negara Arab yang terlibat dalam perjanjian normalisasi dengan Israel seperti UEA memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan negara Barat, dan hubungan yang lebih dekat dengan Israel memungkinkan mereka memperkuat posisi mereka di kancah internasional. Peningkatan hubungan ini juga memberikan peluang untuk kolaborasi di berbagai sektor, seperti energi terbarukan, teknologi pertanian, dan kesehatan.
Isu Keamanan dan Stabilitas Politik
Tantangan utama dalam hubungan Israel dengan negara-negara Arab adalah ketegangan yang berkaitan dengan Palestina. Banyak negara Arab, terutama yang tergabung dalam Liga Arab, berkomitmen untuk mendukung perjuangan Palestina dalam mencapai negara yang merdeka. Namun, beberapa negara Arab mulai menggeser fokus mereka, mengutamakan stabilitas politik dan menghadapi ancaman bersama, seperti ekstremisme dan terorisme, yang muncul di kawasan tersebut.
Bagi negara-negara Arab seperti Arab Saudi, UEA, dan Bahrain, ancaman dari kelompok-kelompok ekstremis dan pengaruh Iran di Timur Tengah menjadi faktor yang mendorong mereka untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan Israel. Dalam hal ini, Israel dilihat sebagai mitra potensial untuk melawan ancaman tersebut, baik melalui pertukaran intelijen, pelatihan militer, maupun kerja sama di bidang pertahanan.
Mengatasi Pengaruh Liga Arab
Liga Arab, sebagai organisasi yang terdiri dari 22 negara anggota, tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang mengutamakan perjuangan Palestina sebagai syarat utama untuk membangun hubungan dengan Israel. Ketegasan ini menciptakan tantangan bagi Israel, yang harus berhadapan dengan konsensus kolektif yang sangat mendukung Palestina.
Namun, tidak semua negara anggota Liga Arab sependapat dalam hal ini. Negara-negara seperti UEA dan Bahrain telah memutuskan untuk memisahkan masalah Palestina dari hubungan diplomatik dengan Israel. Mereka memilih untuk berfokus pada kepentingan nasional mereka sendiri, seperti stabilitas politik, keamanan, dan perkembangan ekonomi. Keputusan ini menunjukkan bahwa meskipun Liga Arab tetap memiliki pengaruh yang signifikan, negara-negara tertentu dalam organisasi tersebut mulai mengambil pendekatan yang lebih pragmatis dan realistis terhadap hubungan dengan Israel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H