Mohon tunggu...
Ruben S
Ruben S Mohon Tunggu... Lainnya - Tekhnologi Informasi

Pegiat Tekhnologi Informasi dan Umum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Kesultanan Yogyakarta

7 Januari 2025   08:04 Diperbarui: 7 Januari 2025   08:04 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah artikel tentang sejarah Kesultanan Yogyakarta:

Sejarah Kesultanan Yogyakarta

Latar Belakang Pendirian

Kesultanan Yogyakarta didirikan pada 13 Februari 1755 sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti. Perjanjian ini merupakan titik akhir dari konflik internal Kesultanan Mataram Islam yang telah berlangsung lama. Konflik tersebut bermula dari perebutan kekuasaan antara Pangeran Mangkubumi dan Sunan Pakubuwono II, yang merupakan penguasa Mataram saat itu.

Pangeran Mangkubumi, yang tidak puas dengan pemerintahan kakaknya dan pengaruh Belanda dalam Kesultanan Mataram, akhirnya memberontak. Setelah bertahun-tahun perang, Belanda sebagai mediator menawarkan jalan damai melalui Perjanjian Giyanti. Perjanjian ini membagi wilayah Kesultanan Mataram menjadi dua bagian:

  1. Kesunanan Surakarta, di bawah Sunan Pakubuwono III.
  2. Kesultanan Yogyakarta, di bawah Sultan Hamengkubuwono I (Pangeran Mangkubumi).

Pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I

Sultan Hamengkubuwono I menjadi sultan pertama Kesultanan Yogyakarta. Beliau mendirikan keraton di lokasi yang strategis, yaitu di antara Sungai Winongo dan Sungai Code, serta diapit Gunung Merapi dan Laut Selatan. Keraton Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan, kebudayaan, dan spiritual masyarakat Jawa.

Pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I, Yogyakarta berkembang pesat, baik dalam bidang infrastruktur, seni, maupun budaya. Salah satu warisan yang masih bertahan hingga kini adalah tata ruang kota Yogyakarta yang didasarkan pada filosofi Jawa, yaitu hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan (Sangkan Paraning Dumadi).

Era Kolonial Belanda

Pada masa penjajahan Belanda, Kesultanan Yogyakarta tetap mempertahankan otonominya meskipun harus berkompromi dengan Belanda. Sultan Hamengkubuwono III menandatangani sejumlah perjanjian dengan Belanda untuk menjaga kestabilan politik dan ekonomi kesultanan. Namun, hubungan ini tidak selalu harmonis.

Pada 1812, pasukan Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles menyerbu dan merampas harta benda keraton dalam peristiwa yang dikenal sebagai Peristiwa Geger Sepehi. Setelah Inggris kembali menyerahkan kekuasaan ke Belanda, Kesultanan Yogyakarta tetap menjadi daerah istimewa dengan batas-batas yang diakui secara resmi.

Peran Kesultanan Yogyakarta dalam Perjuangan Kemerdekaan

Kesultanan Yogyakarta memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Sultan Hamengkubuwono IX secara tegas menyatakan bahwa Yogyakarta mendukung Republik Indonesia. Pada 5 September 1945, beliau mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa Kesultanan Yogyakarta menjadi bagian dari wilayah Republik Indonesia.

Pada masa agresi militer Belanda, Yogyakarta bahkan menjadi ibu kota sementara Indonesia dari 1946 hingga 1949. Sultan Hamengkubuwono IX juga berperan besar dalam membantu logistik dan perlindungan bagi para pejuang kemerdekaan.

Status Daerah Istimewa

Setelah kemerdekaan, peran Kesultanan Yogyakarta tetap diakui oleh pemerintah Indonesia. Melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950, Yogyakarta secara resmi menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Status istimewa ini mengakui Sultan sebagai kepala daerah dan memberikan kewenangan khusus bagi DIY dalam mengatur urusan pemerintahan.

Kesultanan Yogyakarta Hari Ini

Hingga saat ini, Kesultanan Yogyakarta masih berfungsi sebagai penjaga tradisi dan budaya Jawa. Sultan Hamengkubuwono X, yang memimpin sejak 1989, berperan sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus simbol persatuan masyarakat.

Keraton Yogyakarta terus menjadi pusat kegiatan budaya, seperti upacara Grebeg, tradisi sekaten, dan pelestarian seni tari serta gamelan. Selain itu, keraton juga menjadi destinasi wisata yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Penutup

Kesultanan Yogyakarta adalah salah satu warisan sejarah dan budaya yang sangat berharga di Indonesia. Perjalanan panjangnya dari masa kejayaan, kolonialisme, hingga era modern, menunjukkan peran pentingnya dalam membentuk identitas bangsa. Dengan menjaga nilai-nilai tradisional dan beradaptasi dengan perkembangan zaman, Kesultanan Yogyakarta terus menjadi simbol keagungan budaya Jawa dan nasionalisme Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun