Mohon tunggu...
Ruben Abdulrachman
Ruben Abdulrachman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Someone who's treating life as a vacation

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketidakpernahpuasan Manusia vs Revolusi Sistem Sosial

13 Juli 2015   21:10 Diperbarui: 13 Juli 2015   21:10 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tentu memang, tidak ada darah yang tercucur dalam perang dingin, tapi jelas yang memicu ini adalah ketidakpuasan manusia. Dan tidak jarang pula kita lihat dari sejarah manusia bahwa banyak sekali darah yang telah bercucuran hanya karena ketidakpuasan manusia.

Bisa karena ketidakpuasan kelompok manusia akan agamanya masing-masing (perang agama), ketidakpuasan kelompok manusia akan batas negaranya (kolonialisme), ketidakpuasan kelompok manusia akan dominasinya di dunia (perang dunia), dll.
Jelas memang, perang dingin dimenangkan oleh Amerika Serikat dengan ideologi kapitalisme-nya, namun sejarah belum berakhir selama manusia masih ada di dunia ini, selama manusia masih menjadi spesies yang paling dominan di atas muka bumi ini.

Mungkin sistem sosial manusia bisa maju. Kapitalisme dijalankan hampir di seluruh negara di muka bumi ini, dikurangi Rusia, Kuba dan Korea Utara tentunya. Walaupun begitu, yang menjadi permasalahannya adalah kecepatan evolusi otak manusia yang tidak sebanding dengan sistem sosial manusia itu sendiri. Pasti akan ada ketidakpuasan baru yang muncul seiring perkembangan zaman. Ini tentulah dikarenakan otak manusia dengan pemikiran sosialnya belum bisa berevolusi ke arah sistem sosial yang berlaku pada suatu zaman itu.

Sederhananya, sistem sosial kapitalisme tidak bisa dipungkiri memang yang menjadi sistem sosial yang paling dominan di atas muka bumi pada saat ini, tetapi otak manusianya tetaplah sama dengan otak manusia yang ada di zaman sebelum revolusi industri. Otak manusianya tetaplah sama dengan otak manusia yang ada di zaman ketika hukum pancung atau hukum salib masih berlaku di Roma, misalnya. Otak manusia tidak bisalah berubah secara signifikan dalam tempo 2000 tahun itu. Lain dengan sistem sosial yang bisa sedemikian cepat berubah dalam waktu 2000 tahun, dari zaman Roma berkuasa, sampai zaman Amerika Serikat berkuasa; Amerika Serikat saja sekarang dalam tempo beberapa puluh tahun sehabis memenangkan perang dingin jatuh tersandung batu disalip Republik Rakyat Tiongkok dan Jepang yang dulunya saingan yang dipandang sebelah mata. Sekarang, dari pandangan yang hanya sebelah mata tersebut, tidak disadari bahwa ada tangan besar yang siap memukul kepala Amerika Serikat yang sombong itu, bukan?

Saya hanya ingin menyimpulkan, baik sistem sosial apapun itu, baik sistem sosial komunisme, baik sistem sosial kapitalisme, baik sistem sosial sosialisme, Marhaenisme, ataupun negara-negara yang konstitusinya berdasarkan peraturan suatu agama, ataupun kerajaan-kerajaan, tidak akan pernah bisa berjaya selamanya tanpa menyadari bahwa ketidakpernahpuasan manusianya itu selalu ada. Toleransi akan manusia yang tidak pernah puas dan pentingnya menyadari bahwa tidak akan ada suatu sistem sosial yang bisa memenuhi semua kepentingan manusianya adalah yang terpenting, yang seharusnya menjadi titik berat bila kita membicarakan tentang sistem sosial di muka bumi ini.

Karl Marx dengan buku-bukunya yang brilian yang selalu mengkritik kapitalisme, saya rasa kehilangan hal yang terpenting yang seharusnya menjadi titik berat pemikiran tentang sistem sosial manusia. Karakter alamiah manusialah yang menjadi masalah, bukan sistem sosial kapitalisme sendiri. Anggaplah buruh-buruh proletariat itu melakukan revolusi dari kapitalisme menjadi komunisme. Selang puluhan tahun, tentu akan timbul keinginan untuk revolusi karena ketidaknyamanan sistem sosial komunisme yang membuat adanya ketidakadilan antara manusia yang bekerja lebih dari manusia yang malas-malasan bekerja namun tetap mendapatkan hasil yang sama. Apa perlu revolusi lagi? Apa benar revolusi itu menjadikan sesuatu menjadi lebih baik?

Menurut saya, yang terpenting adalah penyadaran bahwa sistem sosial itu tidak akan pernah sempurna. Marilah mulai sekarang kita melihat apa yang sistem sosial itu bisa berikan kepada kita, bukan yang sistem sosial itu tidak bisa berikan kepada kita, dan toleransi terhadap ketidakpernahpuasan manusia itulah yang seharusnya menjadi acuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun