Mohon tunggu...
Ruben Abdulrachman
Ruben Abdulrachman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Someone who's treating life as a vacation

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sudut Pandang Astronom untuk Negeri

12 Maret 2014   20:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin berbagi dan memberikan pendapat yang menurut saya sangat krusial bagi keberlanjutan Indonesia sebagai negara demokratis pancasila. Ngomong-ngomong soal Pancasila, saya sangat cinta sama ideologi yang Bung Karno dan beberapa kawan sefilosofinya berhasil ciptakan untuk Indonesia yang sangat beraneka-ragam ini. Saking luasnya ideologi yang bisa mempersatukan Indonesia ini, mungkin ideologi ini bahkan bisa dipakai mempersatukan dunia. Namun, kalau kita bicara tentang ideologi, tentu akan bisa menjadi hal yg efektif hanya kalo diterapkan di negara yang ideal, Indonesia yang ideal, dan dunia yang ideal. Nyatanya, hal yang paling ideal dari republik kita ini adalah cuacanya, ada 2 cuaca yang ada di Indonesia, satu adalah ketika musim panas, dan dua adalah musim lebih panas. Hehe.. Disini saya hanya mau berbagi pandangan saya kepada kalian dan mungkin saya yang akan baca di masa depan nanti. Tentang sila Pancasila yang pertama. Apa itu apakah kalian tau? Ya benar, 'Ketuhanan yang Maha Esa'. Sila ini sebenarnya sudah sangat jelas dimaksud Bung Karno yaitu adalah mengakui ketuhanan yang satu. Ketuhanan ini bukan berarti Tuhan hanya ada 1 di mata jutaan rakyat Indonesia, tentu Bung Karno tidak sebodoh itu. Ketuhanan bisa diartikan sebagai hal-hal yang menjadi karateristik Tuhan. Dengan berkata demikian, Bung Karno saya pikir adalah orang yang sangat revolusioner. Ia, bila ditempatkan di negara yang ideal, pasti akan membuat negara itu bersatu atas dasar Ketuhanan yang satu pula. Artinya disini adalah, mau apapun agamamu itu, pasti Tuhan agama lo itu mempunyai karateristik yang sama juga. Gila ga sih ini.. Dia ngomong gini untuk mempersatukan Indonesia. Prioritas dia adalah Indonesia bersatu, bukan hanya karena dia menganut suatu agama, lalu negara yang dia mau pimpin harus menganut agama yang sama dengan dia, tapi dia mengedepankan masa depan Indonesia bila mau menjadi negara yang bersatu, lagi lagi ya kalau ideal. Memang saya akuin dia mendasarkan Indonesia untuk menjadi negara yang percaya Tuhan ya, ga mungkin ada orang di Indonesia yang atheist, setidaknya secara resmi diakui oleh negara. Langkah selanjutnya yang diambil Indonesia mungkin agak salah disini, saya gatau juga sih sejarahnya kaya gimana, tapi yang jelas sekarang ketika mau bikin ktp, kita harus memilih satu dari hanya beberapa agama saja yang diakui Indonesia. Ini rada-rada kurang dipikir tapi kalo dipikir-pikir susah juga ngelompokinnya sih ya. Hal yang terjadi disini sama seperti mengelompokkan partai-partai sebelum reformasi itu menjadi kelompok-kelompok partai yang digabungkan. Akhirnya hanya ada beberapa dari bergelintir-gelintir partai aja yang ada di Indonesia pada saat itu, hanya ada beberapa agama saja dari banyak yang ada di Indonesia. Mungkin kalo sekarang partai-partai aja udah bisa jadi banyak lagi karena sudah makin terlihat demokratisasi di Indonesia ini, kita belum melihat kebebasan beragama yang sungguh bebas di Indonesia. Ini nyata dialami seorang kenalan saya yang kebetulan beragama Yahudi, dan terpaksa mencantumkan dirinya sebagai agama Islam di ktp-nya. Apa ini yang dikatakan negara peduli hak beragama? Lalu apakah Indonesia bergerak menjadi negara yang lebih ideal di mata Bung Karno? Jawabannya ada di 'kebanyakan' bendera-bendera yang kalian bisa liat ketika demokrasi-demokrasi terjadi di berbagai tempat di ibukota Jakarta misalnya. Apa bendera yang paling banyak kalian liat disana? Benar sekali, bukan bendera yang sudah jarang kita liat di demo-demo dahulu kala, bukan bendera yang setengah bagian atasnya merah dan setengah bagian bawahnya putih men, bukan bendera negara Indonesia. Well, mungkin memang bisa dilihat sih ada juga yang bawa bendera Indonesia, saya gak selebay itu juga ngedoktrin kalian. Ini hal simpel men namun mendasar, menganut perbedaan ideologi yang sangat nyata loh. Saya bisa kaitkan aja dengan kerusuhan mei 1998. Seberapa kerasnya kerusuhan pada saat itu, namun jelas mahasiswa turun ke jalanan bersatu, membawa nama rakyat Indonesia loh, bukan segelintir orang dari suatu organisasi masyarakat tertentu. Mereka punya tujuan yang jelas sebagai rakyat Indonesia demo supaya Suharto turun. Sekarang yang kalian bisa lihat kebanyakan dari ormas-ormas men. Mereka lupa sebenarnya ormas itu kan ada di bawah Indonesia. Tapi kenapa mereka saling demo dengan membawa bendera ormas mereka? Bawalah bendera Indonesia dan cukup berunding aja kalo mau mengedepankan kesejahteraan Indonesia. Bukan begitu toh? Mungkin Bung Karno bakal pusing kali ya liat kita orang Indonesia dari surga atas sana. Ini tuh sama persis dengan orang-orang satu RT yang bertengkar dengan orang-orang di RT sebelahnya, namun sebenarnya RT RT itu juga sama sama mau demo ke kelurahan yang mengatasi RT RT tersebut. Apa anda melihat kemiripannya? Menurut saya kalo ormas-ormas di Indonesia itu terus dibiarkan mengakar ya yang ada Indonesia terpecah  belah menjadi ormas-ormas itu sendiri-sendiri. Padahal ormas itu adalah bagian kecil dari Indonesia men. Indonesia menurut saya sedang mengalami perang. Bukan perang nyata terhadap negara lain, tapi perang saudara yang masih dalam fase-fase awal. Betapa sedihnya ga sih kalo misalnya suatu negara hancur hanya karena orang-orang di dalamnya yang egois. Indonesia itu didirikan Bung Karno atas ideologi yang sangat 'Bhinneka Tunggal Ika' men, masa Indonesia hancur justru karena tidak bisa mengartikan dan mempraktikkan ideologi tersebut?

Karena saya suka baca-baca hal yang berkaitan dengan astronomi, izinkan saya berbagi disini

Di bawah ini ada gambar, dan di gambar itu ada sebuah panah yang menunjukkan suatu objek. Kalian tau apa objek itu? Itu adalah bumi kita sendiri, diambil oleh Voyager 1 pada 1990, sebuah benda luar angkasa yang kita buat yang sekarang sedang bergerak menuju keluar dari tata surya kita. Gambar ini diambil sekitar 6 milliar kilometer jauhnya dari bumi kita. Sebagai referensi aja, jarak dari bumi ke matahari kita adalah sekitar 150 juta kilometer ya.. Sekecil itu bumi kita aja di tata surya, kita masih mengelompokkan orang-orang di bumi menjadi negara-negara yang jauh lebih kecil dari bumi, 1 dari sekitar 200 negara. Belum puas, kita mengelompokkan diri kita ke dalam partai dan ormas-ormas loh ya. Dilihat dari perspektif ini, melihat orang yang nasionalis saja sebenarnya udah seperti melihat orang yang tertutup akan besarnya tata surya atau alam semesta atau bahkan seluruh kosmos kita, jangankan melihat orang yang sangat setia pada ormas-ormasnya. Menarik bukan? Silahkan perhatikan dengan sekeama bumi di gambar ini. Di satu titik kecil itu, ada semua yang kita tau tentang peradaban manusia, berapa banyak perang yang kita sudah lakukan demi memperjuangkan negara kita masing-masing, berapa banyak orang yang sudah mati karena kita mau memperjuangkan tanah yang sebenarnya adalah hanya sedebu di kosmos ini. Itu adalah kita. Kita adalah bagian dari kosmos ini. Kalau tertarik, kalian bisa baca buku 'Pale Blue Dot' karangan Carl Sagan yang saya juga sekarang lagi baca

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun