Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam, mulai dari banyaknya suku bangsa, agama dan tradisi adat istiadat. Tradisi adat di Indonesia berbeda - beda, namun sangat melekat di setiap daerah di Indonesia, karena adat istiadat adalah budaya yang berkembang dari kebiasaan masyarakat setempat yang dilakukan secara turun - temurun dilakukan sampai sekarang.
Masyarakat Sunda di Jawabarat memiliki banyak kebiasaan yang berkembang di tengah masyarakat. Salah satunya adalah kebiasaan untuk menjaga kestabilan perekonomian dan pangan di tengah krisis yang melanda.
Beas Perelek merupakan tradisi yang masih berjalan sampai sekarang di daerah Jawabarat. Tradisi ini biasanya berkembang diaerah pedesaan yang mayoritas penduduknya merupakan petani. Sesuai dengan namanya, kebiasaan Beas Perelek adalah proses saling membantu dari warga di setiap kampung yang mengumpulkan beras seikhlasnya lalu di simpan di sebuah wadah, kemudian akan di ambi.
Beas Perelek berasal dari bahasa Sunda, Beas sendiri dalam bahasa Indonesia berarti beras, beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Sedangkan Perelek berasal dari penamaan orang Sunda yang memberi nama sesuai bunyi yang dihasilkan, karena disebagian daerah wadah Beas Perelek ini sering menggunakan bambu yang digantung menggunakan paku atau sejenisnya dan ketika akan diambil berbunyi "Perelek" maka dinamailah Beras Perelek. Sekarang, disebagian daerah ada juga yang menggunakan wadah yang terbuat dari plastik.
Setelah mewawancarai warga setempat, Dalam setiap keluarga pasti akan memasak nasi, ketika hendak memasak tersebut warga di daerah Sunda akan memisahkan beras sesendok atau segenggam tangan yang kemudian beras tersebut disimpat di wadah perelek. Tentunya tidak setiap memasak nasi, namun hanya ketika ada kelebihan beras.Â
Menurut  Pak Oten yang merupakan ketua Rukun Tetangga (RT) yang berada di kampung Sareuni desa Mekarjaya, Beras menjadi peran utama dalam terselenggaranya Perelek ini, pasalnya dengan beras yang dijadikan sumbangan akan lebih mudah prosesnya karena didaerah Sareuni sendiri mayoritas penduduknya merupakan petani.
Pak oten juga menjelaskan bahwa untuk sektor sandang dan papan tidak menjadi kewajiban menyumbangkan hal tersebut, beliau juga menyebut bahwa tidak melarang warganya apabila ingin menyumbang selain beras. Namun, ketika dilapangan jarang ada yang menggunkan selain beras.Â
"ada yang menggunakan uang atau pakaian, tapi nggak banyak bisa diitung jari karena jarang. kebanyakan langsung menggunakan beras saja".
Hal ini terjadi karena mayoritas penduduknya petani, menjadikan penduduk lebih memilih menggunakan beras saja sebagai gatinya tidak menggunakan sandang dan papan.
Prioritas bantuan beas perelek ini diberikan kepada warga yang membutuhkan, seperti kepada wanita janda, lansia, atau warga yang sedang mendesak memerlukan dana untuk kepentingan darurat seperti untuk berobat, maka sebagian beas perelek akan disumbangkan atau di jual dan ditukar dengan uang. Lalu di berikan kepada warga yang sedang dalam keadaan darurat tersebut.
Beas perelek diambil dan dikumpulkan setiap hari minggu, dalam kurun waktu satu minggu sekali, sehingga ada jarak bagi waga untuk mengumpulkan sumbangan yang akan disumbangkan.
Menurut  Pak Oten, Respon warga Sareuni dengan adanya sumbangan beas perelek ini merupakan hal yang baik dan dihargai. Warga setempat mendukung penuh beas perelek ini karena dengan adanya beas perelek mereka bisa saling menyisihkan pendapatannya yang berupa beras untuk membantu yang membutuhkan.
Pak Oten berharap bahwa beas perelek ini harus bisa di lestarikan, karena hal ini merupakan hal yang positif bagi kehidupan warga disekitarnya, bisa menumbuhkan rasa kepedulian dan menambah pengertian dalam membangun tali persaudaraan yang kuat.
Beas perelek adalah sebuah bentuk dan upaya dalam meningkatkan kesejaterahan ekonomi  dari masyarakat untuk masyarakat, khususnya yang membutuhkan, umumnya untuk semua warga yang terlibat akan mendapatkan timbal balik yang bisa bermanfaat seperti menjadi lebih peduli, cepat tanggap membantu dan melestarikan budaya yang berkembang dimasyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H