Mohon tunggu...
Ruba Nurzaman
Ruba Nurzaman Mohon Tunggu... Guru - Teacher Trainer Writer

Guru MTs dan SMA Al-Mukhtariyah Rajamandala^^ Senior Trainer PT Edukasi 101^^Fasilitator MBS Tanoto Foundations^^Pengurus Ikatan Guru Indonesia Bandung Barat, Pengurus Pusat Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi), Konsultan Sekolah Literasi Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Guru Keerom

1 Maret 2017   19:12 Diperbarui: 1 Maret 2017   20:41 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keerom dan Wamep yun. Itulah dua kata yang membuat saya tertarik untuk membaca sebuah buku, yang baru saya beli dua minggu yang lalu. Saking malasnya, buku yang berjudul “Teman Tumbuh, Teman Belajar seri Guru Berani” itu baru saya baca semalam. Itupun karena esok paginya saya akan mengikuti pelatihan menulis buku yang di fasilitasi oleh Mohamad Ihsan dan Mas Eko Presetyo.  

Dari buku yang tebalnya 492 halaman itu, saya hanya membacanya sekitar 50 halaman saja. Karena saya memang belum terbiasa membaca buku yang tergolong tebal dilahap sampai habis sekaligus. Buku yang saya baca ini, berisi tentang pengalaman para pendamping guru dari sebuah NGO yang bergerak dibidang pendidikan untuk, menggali potensi guru di beberapa daerah terpencil di Indonesia.

Kebiasaan saya dalam membaca adalah melihat daftar isi terlebih dahulu untuk mencari bagian yang menurut saya akan menarik untuk dibaca. Disana mata saya langsung tertuju pada tulisan jelajah keerom.

Saya tertarik untuk membaca bagian itu terlebih dahulu karena  saya sangat ingin tahu apa itu Keerom. Maka sayapun langsung membuka halaman tersebut. Awalnya penulis hanya menceritakan tentang bagaimana perjalanan mereka menuju ke daerah sana, maka dari situ barulah saya tahu bahwa keerom ini adalah nama sebuah  kabupaten di Papua.  Dari situ terjawablah pertanyaan saya diawal sebelum membaca, namun ada lagi yang membuat saya tertarik untuk meneruskan membaca, disana saya menemukan kata Wamep yun. Lah apalagi ini? saya bertanya dalam hati.

Sayapun mencoba mencari tahu arti dari kata itu. Setelah membaca beberapa halaman berikutnya, saya belum menemukan arti dari wamep yun. Sepertinya penulis sengaja menyimpan ini dibelakang agar saya mau membacanya sampai tuntas, paling tidak untuk bab ini.

Setelah membaca bagaimana pengalaman para penulis mendampingi para guru di keerom, setidaknya saya bisa mengetahui kondisi pendidikan di Papua, kendala dan masalah yang dihadapi para guru disana. Setelah membaca buku itulah baru saya tahu betapa luar biasanya perjuangan para guru di Keerom.

Penulis buku ini menggambarkan sekolah yang mereka dampingi berada di daerah yang sangat terpencil. Bayangkan saja sekolah itu dikelilingi oleh hutan yang katanya hutan tersebut dulunya angker.

Betapa besarnya tantangan yang harus dihadapi para guru di Keerom, khususnya desa Arso. Ketika guru-guru di daerah perkotaan menghadapi siswa yang malas mengerjakan PR atau menyalahgunakan penggunaan gadget pada saat disekolah. Hal inipun saya rasakan semenjak menjadi guru di salah satu sekolah yang berbatasan dengan kabuapten cianjur.  Sedangkan para guru di Keerom harus menghadapi sebagian besar siswa yang malas untuk pergi ke sekolah. Kalaupun berangkat ke sekolah, mereka enggan masuk kelas. Karena mereka beranggapan bahwa apa yang mereka pelajari tidaklah begitu penting untuk kehidupan mereka kelak. Guru-guru yang luar biasa itu hampir setiap hari harus berkeliling kampung sambil membunyikan lonceng ketika setengah jam sesudah membunyikan lonceng tanda masuk kelas tetapi anak-anak masih banyak yang belum datang ke sekolah.

Kesan pertama setelah membaca buku ini ternyata guru-guru di Keerom memiliki dedikasi dan potensi yang sangat luar biasa. Apalagi setelah mendapatkan tantangan dari tim pendamping untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi di sekolah. Berikut beberapa inovasi mereka dalam menyelesaikan permasalahan di sekolah.

Menyetel musik dan lagu yang menarik menggunakan speaker sekolah. Ini dilakukan  agar para siswa mau berkumpul dihalaman sekolah, lalu setelah berkumpul barulah guru memberikan instruksi kepada siswa untuk mengerjakan tugas dari guru baru setelah itu pihak sekolah akan memutar musik lagi sesuai permintaan mereka. Sejak saat itu mereka jadi senang pergi ke sekolah.

Mendengarkan cerita anak. Sesekali siswa diperbolehkan mengambil posisi paling nyaman di kelas. semua siswa berkumpul membentuk lingkaran setelah kelasnya dibersihkan, sehingga mereka bisa duduk dengan nyaman. Bahkan merebahkan badannya ke lantai dan sesekali mengambil posisi telungkup dan secara bergiliran mereka diminta untuk bercerita. Mereka bebas menceritakan hal apa saja.

Membacakan cerita lalu mengaitkannya dengan materi pelajaran. Dengan kegiatan ini siswa diajak berimajinasi terlebih dahulu lalu kaitkan dengan materi pelajaran sehingga anak-anak tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dampak positif bagi guru menjadikan mereka lebih kreatif menggali cerita baik itu dari alkitab maupun dari cerita kearifan lokal.

Istilah hatiku di sekolah. Bahasa bersama yang diciptakan guru ini mampu merubah banyak hal. Guru menjadi lebih lembut tutur katanya kepada anak, dan anak mulai memahami perkataan guru. Terjalinnya keakraban antara guru dan anak.

Jelajah sekitar sekolah. Inilah ide yang paling saya sukai dari ide guru keerom. Pada kegiatan ini, guru mengajak anak keluar kelas untuk menyampaikan pelajaran yang ada kaitannya dengan kehidupan mereka. Anak bisa mengetahui potensi daerahnya sehingga bisa memanfaatkannya untuk bekal hidup mereka kelak. Karena sejatinya bahwa pendidikan itu untuk mempersiapkan anak menjalani kehidupannya di dunia maupun di akhirat kelak.

Berburu harta karun. Anak diajak berburu ke hutan, tetapi selama perjalanan diwajibkan menulis semua jenis tanaman yang dilewati dan mendekripsikannya, anak juga diharuskan melakukan wawancara kepada orang yang ditemui dihutan dan diakhiri membuat peta perjalanan ketika sudah mencapai tempat yang sudah ditentukan. Secara tidak sadar anak sudah belajar tiga mata pelajaran sekaligus. Yaitu pelajaran IPA, Bahasa Indonesia dan IPS.

Menyampaikan konsep materi dalam nyanyian. Beberapa lagu sudah diciptakan oleh guru-guru hebat dari keerom, karena mereka tahu anak senang dengan musik dan lagu. Lagu yang dinyanyikan diambil dari lagu yang anak sukai, sedangkan guru hanya merubah liriknya saja. Hal ini menjadikan anak selalu menunggu lagu apalagi yang akan mereka nyanyikan.

Dari beberapa inovasi yang mereka lakukan dalam pembelajaran, sungguh luar biasa bukan?

Lantas apa itu Wamep yun? Menjelang akhir bagian cerita ini barulah penulis menyampaikan makna dari Wamep Yun yang diambil dari bahasa asli keerom, terdiri dari dua kata. Wamep  berarti pendidikan, kemudian Yun artinya kasih sayang. Sehingga apabila dua kata ini dihubungkan menjadi Wamep Yun yang berarti pendidikan kasih sayang. Sebuah konsep pendidikan yang mereka buat sendiri. Mereka menginginkan sekolah menjadi tempat berbagi kasih sayang. Kasih sayang dari guru kepada siswanya, begitupun sebaliknya.

Mereka bisa. Bagaimana dengan kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun