Mohon tunggu...
Ruba Nurzaman
Ruba Nurzaman Mohon Tunggu... Guru - Teacher Trainer Writer

Guru MTs dan SMA Al-Mukhtariyah Rajamandala^^ Senior Trainer PT Edukasi 101^^Fasilitator MBS Tanoto Foundations^^Pengurus Ikatan Guru Indonesia Bandung Barat, Pengurus Pusat Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi), Konsultan Sekolah Literasi Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kembangkan Budaya Baca di Sekolah, Siapa Takut?

30 Januari 2016   10:27 Diperbarui: 3 Februari 2016   15:39 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Siswa/i beserta guru MTs Al-Mukhtariyah pada kegiatan membaca senyap dan muhadoroh yang dilaksanakan setiap hari sebelum pembelajaran dimulai."][/caption]

 

Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media tulisan

Membaca memiliki tiga fungsi. Pertama, memberikan informasi, misalnya dengan membaca Koran dan majalah. Yang kedua, memberikan hiburan, misalnya dengan membaca novel. Yang ketiga, yang paling penting tetapi sekaligus paling sulit, memberikan pengertian. Sebuah buku bisa saja memberikan pengertian sekaligus menghibur dan memberikan informasi

Menurut Lerner (1988:349) kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya.

Merujuk pada hasil survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih ‘mau’ membaca buku secara serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sumber (http://www.republika.co.id/)

Melihat begitu rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia tentu ini akan berdampak pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang tahun ini akan menghadapi MEA (Mayarakat Ekonomi Asean) sehingga masyarakat Indonesia akan sangat sulit untuk bisa bersaing dengan masyarakat dari negara lain di Asean.

Untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia biasa kita mulai dari sekolah, yang mana sekolah itu merupakan tempat/lembaga yang dirancang untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa yang tentunya kegiatan itu tidak terlepas dari aktifitas membaca. Maka dari sinilah pentingnya mengembangkan budaya membaca di sekolah.

Penulis akan mencoba berbagi pengalaman  beberapa  upaya yang sudah dan akan dilakukan  sekolah kami untuk bisa meningkatkan minat baca siswanya setelah sekolah kami bermitra dengan USAID Prioritas diantaranya :

Keteladanan

Keteladanan merupakan sebuah perilaku seseorang yang bisa dijadikan sebagai contoh yang baik sehingga tindakan atau perilakunya itu diikuti oleh orang lain. Untuk mewujudkan hal ini harus diawali dari Kepala Sekolah, Guru dan Staff administrasi mau membaca disela-sela melaksanakan tugasnya disekolah dan yang paling penting pada saat kegiatan membaca rutin bersama.

Sediakan Waktu Khusus Membaca Rutin

Ini bisa dilakukan dengan menyediakan waktu khusus 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai sesuai dengan instruksi Mendikbud tahun 2015. Khusus untuk membaca rutin ini kami menyediakan waktu selama 30 menit karena sebelumnya diawali dengan membaca Al-Qur’an terlebih dahulu  bahkan untuk hari senin dan sabtu waktunya lebih lama ditambah dengan tausiah oleh siswa dan atau membacakan cerpen hasil karya siswa.  Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini tentunya keteladanan Kepala Sekolah, guru dan staff administrasi untuk ikut melakukannya bersama dengan siswa.

Libatkan Orangtua Siswa

Alangkah baiknya sebelum pelaksanaan program ini sosialisasikan terlebih dahulu terhadap orang tua siswa agar mereka memahami dan ikut mendukung program ini dan ikut terlibat  mendampingi anaknya dirumah untuk membaca.

Menata Perpustakaan

Buatlah perpustakaan menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan agar siswa betah diperpustakaan, pajang  buku di tempat yang mudah terjangkau oleh siswa, buatlah kegiatan yang menantang dan menyenangkan bagi siswa di perpustakaan, permudah akses siswa ke perpustakaan dengan membuat perpustakaan berbasis IT kita bisa menggunakan program senayan, berikan reward kepada siswa yang paling sering berkunjung dan membaca di perpustakaan, jangan lupa minta tagihan resensi buku dari yang sudah dipinjam oleh siswa.

Menata Lingkungan Sekolah dan Kelas

Manfaatkan ruang kosong atau taman sekolah untuk dijadikan tempat menyimpan buku dan  membaca yang nyaman bagi siswa, sediakan sudut baca ditiap kelas, manfaatkan mading kelas dan mading sekolah untuk dijadikan sarana pembelajaran dan membaca siswa, manfaatkan produk pembelajaran siswa ditempel di dinding kelas agar mudah dibaca oleh siswa, bahkan dibeberapa sekolah sudah mulai membuat gerobak baca dan kafe baca.

Pastikan Ketersediaan Buku Bacaan

Agar tidak membosankan pastikan buku-buku bacaan di perpustakaan selalu update dengan membeli buku bacaan baru dengan menggunakan dana BOS ataupun sumbangan dari siswa, Komite Sekolah ataupun alumni, bisa juga dengan melakukan pertukaran buku dengan perpustakaan sekolah yang lain dan bekerjasama dengan perpustakaan daerah.

Bentuk Klub Membaca

Untuk memfasilitasi siswa yang gemar membaca dan menulis alangkah baiknya kita menyediakan ruang berkumpul bagi mereka agar bisa saling memotivasi dan berbagi. Biasakan mereka untuk mendiskusikan isi dari buku yang sudah dibaca, membuat tulisan bersama dan menerbitkan hasil tulisan siswa berupa Majalah ataupun buku kumpulan tulisan siswa.

Diperlukan keberanian dan kerja keras yang luar biasa bagi sekolah, khususnya kepala sekolah untuk mau mengembangkan budaya baca disekolahnya. Tidak sedikit kepala sekolah yang menganggap bahwa mengembangkan budaya baca disekolah mulai dari penataan perpusatakaan pengadaan buku dan dan penataan lingkungan sekolah dan kelas agar siswa merasa nyaman untuk membaca adalah hal yang kurang bermanfaat. Hal ini bisa kita lihat baru sebagian kecil sekolah yang mulai mengembangkan budaya baca berani mengeluarkan anggaran dari BOS untuk pengadaan buku bahan bacaan (non pelajaran).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun