Dalat yang berjuluk "Little Paris" adalah sebuah kota kecil pegunungan di Vietnam Highlands. Meskipun hanya dihuni oleh 400 ribu orang, kota ini mampu menyedot turis sebanyak 5,4 juta di tahun 2016. Sebanyak 270 ribu diantaranya adalah wisatawan mancanegara (wisman).Â
Vietnam Economic Times melaporkan sampai dengan akhir 2018, jumlah wisatawan mencapai 6,5 juta dengan jumlah wisman sebanyak 485 ribu orang. Sebagai pembanding, Bandung yang berpenduduk 2,4 juta orang "hanya" dikunjungi oleh sekitar 170 ribu wisman di tahun 2017.Â
Saya tak menyangka Dalat yang dicapai dengan 8 jam perjalanan darat dari Saigon, ternyata adalah kota wisata pegunungan yang tertata dengan baik, bernuansa Eropa, dengan aktivitas yang hidup dari pagi sampai larut malam.Â
Alam pegunungan yang hijau, udara yang sejuk, jalanan yang nyaman, dan beragam atraksi wisata baik di dalam maupun di luar kota, menjadikan Dalat tak pernah membosankan. Tak heran jika rata-rata waktu yang dihabiskan turis di kota ini adalah 4 hari per kunjungan.Â
Tripadvisorpun menobatkan Dalat sebagai Top 10 Destination on The Rise 2017. Tak ada salahnya jika kita menengok dan belajar bagaimana Dalat mengembangkan pariwisatanya.
Dalat memang beruntung. Lanskapnya menawan dengan suhu rata-rata 15 derajat celcius karena letaknya di ketinggian 1.500 mdpl. Tak heran jika kolonial Perancis kepincut dan mulai mengembangkan Dalat sebagai pusat peristirahatan bagi bangsa Eropa sejak 1890an.Â
Namun, kunci sukses industri pariwisata Dalat tidak hanya pada legacy kolonial, namun juga konsistensi dan kegigihan pemerintah Vietnam dalam menjadikan pariwisata sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Beberapa kunci sukses itu antara lain adalah konsistensi kebijakan, keterbukaan pada investor dan partisipasi swasta, serta penggunaan teknologi.
Setelah mengalami masa sulit pasca berakhirnya perang di tahun 1975, wisata Dalat mulai bangkit di era 1980an terutama sejak reformasi ekonomi yang digulirkan pada 1986. Pada tahun 1994, Perdana Menteri Vietnam melaunching cetak biru Dalat sebagai pusat resort Vietnam dan dunia dan menjadi tonggak inisiatif dalam mendorong industri wisata.Â
Kemauan politik yang kuat ini diwujudkan dengan membangun infrastruktur pendukung pariwisata diiringi dengan penataan ruang yang nyaman bagi wisatawan. Industri wisata mulai berkembang cukup baik namun pemerintah memandang belum secepat yang diharapkan. Pada 1998, inisiatif kebijakan baru kembali digulirkan.
Guna mendorong investasi dan menyediakan layanan wisata berkualitas, pemerintah provinsi Lamdong melakukan pemetaan potensi wisata Dalat, menetapkan batas-batas wewenang pengelolaan objek wisata alam dan sejarah, menyusun kajian kelayakan pengembangannya, serta menyerahkan pengelolaan objek wisata pada badan usaha profesional.Â
Sampai dengan akhir 2001, 28 objek wisata diserahkan pengelolaannya secara profesional kepada 21 investor dan pemerintah lokal. Penyerahan objek wisata kepada swasta ini mendatangkan investasi asing sekitar USD 52 juta dan investasi domestik senilai kira-kira USD 8,5 juta sampai akhir 2000.Â
Datanla Fall adalah kawasan hutan pinus dengan atraksi utama berupa air terjun beberapa tingkat. Untuk mencapai air terjun, pengunjung mesti naik semacam roller coaster yang dibangun dengan teknologi Jerman. Untuk berpindah dari lokasi beberapa air terjun, pengelola bahkan menyediakan lift dan kereta gantung. Siapapun bisa hiking tidak terbatas pada turis adventure.
Rasanya kalau soal alam, budaya, dan atraksi wisata, kita tidak kalah dari Vietnam. Namun menengok kesuksesan kota kecil Dalat, tak ada salahnya kita belajar darinya. Beberapa kuncinya adalah kebijakan yang konsisten, keterbukaan pada investasi dan partisipasi swasta, serta penggunaan teknologi.Â
Sumber : Dokumen pribadi, Guardian, Vietnam Travel Information, Sindo News, www.bandung.go.id, www.dalat.gov.vn, Pemprov Lam Dong Vietnam, Vietnam Economic Times.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H