Kalau lagi di sekitar Semarang, Magelang, atau Jogja sempatkan datang ke Gedong Songo, komplek 9 candi warisan Wangsa Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno yang terletak di lereng Gunung Ungaran, Kab. Semarang. Kompleks candi ini tidak terlalu jauh dari kawasan wisata Bandungan yang dapat dijangkau sekitar 1 jam dari Semarang atau 2 jam dari Jogja.
Lokasi Candi Gedong Songo mirip dengan Candi Dieng, candi peninggalan Mataram Kuno lainnya, yaitu berada di daerah ketinggian. Candi Gedong Songo terletak di ketinggian sekitar 1.200 meter dpl sementara Candi Dieng terletak di Dieng, Wonosobo dengan ketinggian sekitar 2.000 meter dpl.
Secara harfiah, Gedong Songo berarti bangunan sembilan karena terdiri dari 9 candi. Pada masa-masa awal ditemukan, Raffles menyebut kompleks candi ini dengan sebutan Gedong Pitoe atau bangunan tujuh karena bangunan candi yang ditemukan berjumlah 7 .
Dari letaknya yang berada di ketinggian 1.200 meter dpl, dapat dibayangkan suasana sekitar candi : lereng-lereng gunung, udara dingin, dan kabut. Berbeda dengan Candi Dieng atau Candi Prambanan yang semua bangunannya terletak dalam 1 lokasi, kesembilan Candi Gedong Songo berlokasi terpisah, menyebar di lereng Gunung Ungaran. Dan inilah yang menjadi salah satu daya tarik Gedong Songo. Perjalanan dari satu candi ke candi lainnya akan menjadi sebuah petualangan tersendiri. Jarak masing-masing candi berkisar antara 500 meter dengan medan yang naik turun melewati lembah, tanjakan, dan bibir jurang yang curam.
Sebagian pengunjung sengaja datang ke Gedong Songo pada saat cuaca sedang bagus, matahari bersinar terang sehingga lanskap terlihat jelas untuk mendapatkan gambar terbaik. Kalau beruntung foto yang keren seperti di bawah ini bisa didapatkan. Saya sendiri sudah sekitar 4 kali ke Gedong Songo tapi belum pernah mendapatkan foto sekeren ini.
Foto : Yoppi Pieter http://www.flickr.com/photos/de-mocka/4522826171/
Ada 2 pilihan untuk menjelajah komplek Candi Gedong Songo yaitu berjalan kaki atau berkuda. Saat cuaca cerah dan kondisi badan bugar, berjalan kaki merupakan pilihan yang masuk akal. Meskipun jaraknya cukup jauh dan tentu saja melelahkan, semua pengorbanan akan terbayar dengan pemandangan lereng pegunungan yang hijau menawan, hutan pinus yang tertata rapi, jurang dan tanjakan yang menantang,kawah belerang aktif, serta pemandian air panas yang menggoda.
Kalau ingin pengalaman yang berbeda cobalah berkuda dengan menyewanya dari penyedia kuda yang akan ditemui begitu melewati pintu masuk. Tarifnya terpampang di papan pengumuman yang ada, berbeda-beda tergantung dari paket yang diinginkan. Tarif termahal adalah Rp 50.000 untuk menjelajahi seluruh komplek candi. Kalau ingin yang lebih murah tersedia paket berkuda sampai candi kedua dengan tarif Rp 30.000,-. Paket berkuda sampai pemandian air panas tarifnya Rp 40.000 karena jaraknya sedikit lebih jauh dari candi kedua. Untuk tarif termurah pilihlah paket wisata desa.
Berkuda merupakan pilihan yang menyenangkan baik saat cuaca terang maupun saat mendung bahkan saat sedikit gerimis. Alasannya, saat mendung kabut dari lereng Gunung Ungaran akan turun menyelimuti jalan-jalan di kawasan candi. Terkadang kabut tersebut begitu pekat hingga jarak pandang hanya sampai beberapa puluh meter. Rasanya seperti menjadi penunggang kuda di film-film bersetting abad pertengahan Eropa. Sepi, dingin, dan sedikit mencekam. Dalam kabut tebal, yang paling mendebarkan adalah apa yang akan ditemui di depan. Dan saat melewati hutan pinus yang rimbun, rasanya seperti berada di bagian dunia yang lain, antah berantah. Mendebarkan, menakutkan, tapi menantang. Meskipun demikian, saya yakin Anda akan berharap cuaca tetap mendung dan kabut terus menyelimuti sepanjang perjalanan.
[caption id="attachment_201757" align="aligncenter" width="519" caption="Berkuda berselimut kabut"]
Tapi berkuda dalam kondisi kabut pekat begitu bukannya tanpa risiko. Saat hujan gerimis, jalanan berbatu menjadi licin. Di beberapa bagian, jurang hanya terletak 1 sampai 2 meter dari jalan yang ditapaki. Tapi jangan kuatir, tukang kuda selalu sigap mengarahkan peliharaannya melewati berbagai jalan yang berbeda. Mereka akan menuntunnya di jalanan yang terjal dan sulit. Di jalanan yang lebih nyaman dan jika Anda memang cakap berkuda, mereka akan melepaskan tali kekang dan menyerahkan pada Anda untuk mengarahkannya.
Berkunjung ke Gedong Songo memang seperti perpaduan antara wisata sejarah, petualangan, dan olah raga. Ditambah udara yang sejuk dan pemandangan menawan, pasti akan membuat pengunjung berlama-lama. Jika ingin menginap di komplek candi, Perum Perhutani telah menyiapkan penginapan berbentuk pondok-pondok. Atau ingin mencoba camping? Pilihan yang cukup menantang. Di sekitar komplek candi tersedia area camping. Saran saya jangan lupa membawa pelembap dan selimut tebal atau kantong tidur. Saat malam, udara akan tersa sangat dingin dan saat siang meskipun hawanya dingin tapi matahari akan terik menyengat. Kalau tidak waspada, bersiaplah pulang dengan wajah pedih karena terkelupas cuaca dingin.
Overall, berkunjung ke Gedong Songo adalah petualangan yang menyenangkan. Jangan takut dengan cuaca mendung. Berkuda menembus kabut akan menjadi perjalanan yang sangat menyenangkan lebih dari yang dibayangkan saat cuaca cerah. Datang dan buktikan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H