Para penggiat sastra, dan dunia literasi pasti sudah pada tahu tentang puisi pendek asal jepang ini. Yups, haiku! Puisi pendek yang berisi tiga bait. Pada bait pertama memiliki lima suku kata, pada bai't kedua berisi tujuh suku kata dan pada bait ke tiga berisi lima suku kata.
Awal saya mengenal haiku yaitu di jejaring sosial facebook pada sebuah grup. Tadinya saya fikir bikin haiku itu sangatlah mudah, ternyata pas dicoba ternyata tak semudah yang saya bayangkan.
Gaya penyampaian haiku di setiap katanya berbeda dengan puisi pada umumnya. Haiku lebih sederhana, tidak memakai diksi yang berlebihan, memotret kejadian alam atau lingkungan sekitar dengan apa adanya melalui aksara, tapi bermakna dalam.
Kemudian, ternyata haiku memiliki banyak jenisnya, tapi saya tidak akan membahas itu karena bukan kafasitas saya menjelaskan haiku secara mendalam, namun pada dasarnya haiku memiliki ciri has yaitu ada kigo yakni penanda musim atau waktu dan kireji kalimat pemotong atau isi pada ba'it ke tiga.
Dan setelah saya banyak ngobrol dengan fakarnya via inbox, ternyata dengan haiku manusia bisa sambil mentafakuri ciptaan Allah dan mengenal Allah, sehingga timbul rasa syukur.
Alam merupakan tanda-tanda kebesaran Allah, sebagaimana disebutkan oleh Imam Jalaludin As Suyuti dalam kitab tafsir Jalalainnya, bahwa kata alam diambil dari kata 'alamat dalam bahasa Arab artinya tanda.
Sedangkan tanka sama seperti haiku dalam hal jumlah suku kata di baris pertama, ke dua dan ke tiga yaitu 5+7+5, hanya saja ditambah dua bait sehingga menjadi 5+7+5+7+7.
Sebelum saya tulis beberapa puisi haiku di artikel ini, tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada bapak Endang Kasupardi, beliau orang Bandung, pengajar juga seorang penulis. Beliau jelaskan dengan sangat rinci tentang haiku dalam bentuk file pdf yang beliau kirimkan. Berikut ini adalah haiku yang saya buat, mohon masukannya jika masih terdapat kekurangan.
daun ilalang
nyala si kunang-kunang
sayap bergetar
#haiku
terlalu pagi
kicau burung kedasih
tanda petaka
mitos mulut ke mulut
kabarnya pesan duka
#tanka
tubuh yang kekar
senja masihlah jauh
langkah terhenti
ternyata maut datang
pasrah meregang nyawa
#tanka
berita nyata
dahsyatnya kematian
renggut senyuman
wajah para pelayat
saksi meskipun ingkar
#tanka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H