Sebaliknya, guru yang mampu memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran, menunjukkan empati, dan tetap konsisten dengan nilai-nilai pendidikan yang luhur, akan mendapatkan rasa segan dari siswa. Wibawa ini penting untuk memastikan siswa tetap menghargai guru sebagai pembimbing dan panutan, bukan sekadar rekan atau teman sejawat.
Konsep wibawa dan marwah guru pada zaman Rasulullah SAW sangatlah relevan untuk menjadi teladan dalam pendidikan modern. Rasulullah SAW dikenal sebagai pendidik utama umat Islam, dan caranya membangun wibawa serta menjaga marwahnya memberikan pelajaran penting tentang bagaimana seorang guru harus bertindak, baik dalam pengajaran maupun interaksi sosial. Ada beberapa hal yang membangun wibawa beliau, yaitu keilmuan yang mendalam, keteladanan dalam kehidupan sehari- hari, kelembutan dalam mendidik, mengajar dengan penuh kasih dna saying, tidak kasar dan menghormati setiap individu, serta memeperlakukan semua orang dengan adil tanpa memandang status social orang tersebut.
Menjaga Wibawa Guru di Era Digital
Penting sekali bagi guru untuk tetap dekat, akrab dan memposisikan diri sebagai fasilitator dalam belajar bersama peserta didik, namun demikian tetap harus menjaga wibawa agar dapat disegani, didengarkan nasehatnya, serta diteladani oleh mereka. Karena diantara tugas guru adalah transfer of value kepada peserta didik. Ada beberapa langkah penting yang dapat diambil untuk menjaga wibawa guru dalam interaksi di era digital:
Komunikasi yang Profesional: Guru harus menjaga bahasa dan cara berkomunikasi yang sesuai dengan perannya, baik di kelas maupun dalam interaksi digital. Dekat namun tetap dalam koridor professional. Akrab namun tetap membimbing dan mengarahkan bukan malah mengikuti gaya mereka.
Pemanfaatan Teknologi secara Bijak: Guru perlu menguasai teknologi untuk mendukung pembelajaran, tetapi tetap membatasi area pribadi agar tidak terlalu terlibat dalam urusan non-akademik siswa.Dalam bermedsos juga, guru harus senatiasa menyadari bahwa apapun yang diposting akan dilihat, menjadi inspirasi bahkan ditiru oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru harus mampu menjaga agar tidak mengumbar hal yang bersifat pribadi dan menunjukkan emosi negative.
Keteladanan dan Integritas: Guru yang konsisten dalam tindakan dan ucapannya akan lebih mudah dihormati oleh siswa. Ini snagat dibutuhkan dalam hubungan guru dan siswa agar dalam melaksanakan tugas mendidik (transfer of value)
Penerapan Aturan yang Jelas: Kedekatan tidak berarti menghilangkan batasan. Guru perlu menetapkan aturan yang tegas namun tetap humanis. Namun yang perlu disadari bahwa aturan yang jelas dan tegas pun tidak hanya berlaku untuk siswa, namun juga untuk diri guru.
Penutup
Di era digital ini, menjaga wibawa guru tetap relevan dan penting. Kewibawaan guru tidak terletak pada baju safari atau sikap yang dibuat-buat agar peserta didik takut.Wibawa yang lahir dari keteladanan, kompetensi, dan empati akan membantu menciptakan hubungan yang seimbang antara guru dan siswa: dekat tetapi tetap penuh rasa hormat. Mari jadikan Hari Guru 2024 sebagai momen untuk memperkuat peran guru sebagai pilar utama pendidikan, sekaligus menyesuaikan pendekatan mereka agar tetap relevan di tengah perubahan zaman.
Selamat Hari Guru! Mari bersama menghargai dan mendukung para pendidik yang terus beradaptasi demi mencerdaskan generasi penerus bangsa. Guru hebat, negara kuat. Guru berdaya, negara jaya.
(*Penulis adalah Ketua LP Maarif PCNUÂ Jombang, Dosen STIT UWÂ dan Ketua Pokjawas PAI Kemenag kab. Jombang)