Alhamdulillah, kita patut bersyukur kepada Allah SWT karena sampai saat ini kita diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menikmati udara segar setelah melewati ujian hidup bersama dengan adanya covid-19. Â
Kita perlu berbahagia juga karena bisa bertemu dengan tanggal 12 Robi'ul Awal pada tahun ini, hari dimana Rasulullah SAW tercinta dilahirkan. Tepat hari ini, tanggal 19 Oktober 2021 kita memperingati hari kelahiran Rasulullah tercinta yang kita kenal dengan istilah maulid Nabi.
Ada berbagai macam cara ummat Islam memperingati hari lahir Figur yang dicintainya, masing masing daerah berlomba- lomba untuk memperingatinya dengan cara yang unik dan lain daripada yang lain.Â
Ada tradisi gerbeg pohon Kersen di Mojokerto, ada tradisi Mauripee di Aceh, Sebar Udikan di Madiun, Gerbeg Maulid di Jogjakarta, tradisi Endhog- endhogan di banyuwangi serta tradisi lainnya.
Di lembaga pendidikanpun tak kalah ramai dengan peringatan maulid Nabi SAW. Ada sekolah yang memperingatinya dengan melaksanakan pengajian bertemakan maulid nabi, ada pula yang mengadakan pawai Maulid nabi, ada pula yang mengadakan istighotsah bersama dan juga membaca sholawat nabi bersama. Dan selama pandemi covid-19 kegiatan tersebut dilaksanakan dengan bervariasi teknik, ada yang tatap muka, tatap muka sebagian, virtual dan kombinasi virtual dan tatap muka.Â
Berbagai peringatan tersebut menunjukkan kecintaan umat Islam terhadap Nabi Muhammad SAW. Baik yang ditunjukkan oleh kelompok masyarakat, kelompok kajian- kajian, maupun lembaga pendidikan. Namun kegiatan tersebut menurut penulis masih sekedar pada pelaksanaan tradisi yang turun temurun. Atau pelaksanaan peringatan yang bersifat normatif. Ada hal yang mestinya menjadi perhatian lebih bagi kita, terutama bagi guru- guru yang memiliki tugas mengajar dan mendidik peserta didik terkait peringatan maulid Nabi SAW ini.Â
Rasulullah SAW merupakan sosok Nabi yang seharusnya menjadi panutan bagi umat Islam, juga bagi para pelajar dan generasi muda Islam. Bahkan di beberapa dalil naqli disebutkan bahwa akhlak Rasulullah adalah Alqur'an, juga bahwa dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan yang baik. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul sekaligus menjadi uswah hasanah (suri teladan yang baik) bagi umatnya. "Laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanatun" yang artinya "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS Al-Ahzab : 21).Â
Adanya dalil naqli dan bukti siroh Nabawi tentang kemuliaan Nabi Muhammad SAW tersebut sudah semestinya menghantarkan kita pada sebuah rasa kekaguman dan mengidolakan beliau dalam kehidupan sehari- hari. Menjadikan keteladanan yang beliau tunjukkan sebagai panutan dan Ittiba' dalam bertingkah laku serta dalam memecahkan segala permasalahan di kehidupan.Â
Namun sayang sekali perasaan mengidolakan dan menjadikan beiau sebagai uswah dalam kehidupan ummat Islam tidak terjadi pada sebagian besar generasi muda kita. Terutama kalangan pelajar. Beberapa kali penulis melakukan survey saat berinteraksi dengan para pemuda- pemudi Islam. Siapakah tokoh yang menjadi idola mereka selama ini?Â
Sebagian besar mereka menjawab dengan tokoh bintang film korea (yang saya tidak mengenalinya), ada pula yang menjawab dengan bintang sepak bola luar negeri, bintang sinetron, tidak ada seorangpun yang menjawab bahwa idolanya adalah Nabi Muhammad SAW. Kemudian ketika saya pancing, apakah kalian tidak mengidolakan Nabi Muhammad? Apakah kalian mengenal dekat beliau? Mereka tampak ragu menjawabnya. Yang kemudian ketika saya desak, mereka menjawab mengenalinya namun sedikit.Â
Ini merupakan fenomena yang menggelitik bagi kita, terutama pendidik- pendidik di lembaga pendidikan Islam. Ternyata sebagian besar siswa kita lebih mengenal tokoh dan pemain film yang notabene bukan merupakan tokoh Islam.Â
Mereka lebih mengenal tokoh- toko yang sering muncul di layar gadget mereka dibandingkan Suri tauladan yang ditunjuk oleh Allah SWT, yaitu nabi Muhammad SAW. Ini merupakan ancaman bagi kita, karena tokoh yang mereka idolakan tidaklah semua menunjukkan perilaku yang bisa diteladani oleh generasi muda kita. Â
Nah, ini merupakan problem kita bersama, bagaimana di momentum maulid Nabi SAW ini, kita para pendidik bisa semakin mendekatkan generasi muda Islam kita dnegan Rasulullah SAW.Â
Ini mungkin sulit dan sebuah tantangan bagi kita, karena harus mendekatkan tokoh yang jauh dari kehidupannya, sedangkan tokoh idola mereka ada dalam genggamannya yang bisa dilihat setiap saat. Namun sulit bukan berarti tidak bisa, kita bisa melakukan beberapa ikhtiyar berikut;
1. Selalu menghadirkan siroh Nabawi dalam pembelajaran kita.Â
Setiap pembelajaran, apapun materinya, seyogyanya kita bisa mengkaitkan dengan keteladanan Rasulullah SAW. Misalkan saat kita mengajarkan tentang kejujuran, kita bisa menyelipkan insirasi bagi siswa dengan menceritakan kejujuran Nabi Muhammad SAW dalam bergaul maupun berdagang, serta hikmah dari kejujuran yang beliau lakukan.Â
Ketika kita mmebawas tentang sholat, maka hendaknya kita bisa menghadirkan gambaran bagaimana Rasulullah dalam sholatnya. Ketika kita mengajarkan tentang makanan, kita bisa menyelipkan isah, bagaimana Rasululah bersikap terhadap makanan.Â
Juga saat kita mengajar tentang politik, kita bisa menceritakan tentang bagaimana Rasulullah menjadi seorang pemimpin yang baik. Dengan senantiasa menghadirkan siroh Nabawi dalam setiap pembelajaran kita, maka akan menyebabkan generasi muda kita semakin dekat dan mengenal Rasulullah SAW.Â
2. Berikan bacaan- bacaan tentang keteladanan Nabi sebagai bagian dari budaya Literasi
Sebagai seorang pendidik tentu kita tahu bahwa budaya literasi harus dikembangkan oleh lembaga penddikan. Baik dalam pembiasaan, pengembangan maupun pembelajaran. Dalam menghadirkan bahan bacaan untuk budaya literasi, hendaknya kita juga memberikan porsi bacaan yang menceritakan keteladanan Rasulullah SAW.Â
Banyak buku- buku yang berisi tentang bagaimana kisah hidup Rasulullah sejak lahir hngga meninggal dunia, juga buku yang membahas tentang akhlak Rasulullah SAW. Dengan menghadirkan bahan bacaan tersebut akan menyebabkan siswa lebih mengenal sosok Rasulullah SAW dan menjadikannya sebagai inspirator di kedhupannya.Â
3. Memajang hadist Rasulullah SAW yang berkaitan dengan tema atau tempat.
Ini juga bisa dilakukan oleh pendidik kita, dengan memajang dan mengenalkan secara visual tentang hadits Rasulullah SAW beserta artinya di sudut- sudut sekolah yang berkaitan dengan tempat tersebut, atau dnegan tema trtentu yang sedang terjadi.Â
Misalkan di mushollah sekolah, kita bisa memberikan pajangan hadits Rasulullah yang berkaitan dnegan sholat, di kantin juga bisa dipajang hadit Rasulullah atau kisah Rasuullah yang berkaitan dengan makanan dan lain sebagainya. Dengan pajangan , maka siswa akan senantiasa bisa melihat dan mencerna apa yang dilihat dalam setiap kesempatan.Â
Demikian beberapa cara yang bisa dilaksanakan oleh para pendidik kita untuk lebih mengenalkan sosok Rasulullah SAW kepada generasi muda Islam serta menjadikannya sebagai sosok yang bisa diidolakan oleh mereka.Â
Semoga kedepannya, generasi muda kita lebih mengenal dan mengidolakan Rasulullah SAW. Sehingga mereka akan menjadi generasi- generasi yang berkarakter dan berakhlak mulia. Semoga artikel ini bermanfaat dan menginspirasi bapak ibu semua. Salam cinta Rasulullah untuk semua..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H