Dia menjawab, bahwa dia di rumah tidak ada yang memberi uang, makanya dia berdagang asongan di jalanan dengan cara menghutang pada penjual dipasar. Itupun sering tidak bisa membayar karena tidak semua laku dijual. Sehingga untuk makanpun kurang...apalagi untuk membayar modal dagangan.Â
Betapa sedihnya dia menceritakan tentang kehidupannya tersebut. Padahal dia sudah renta..yang semestinya tinggal istirahat di rumah dan dimuliakan anak- anaknya.Â
Tapi dia justru bekerja..menyusuri sepanjang jalan dengan berjalan kaki dan membawa dagangannya, terseok- seok kepanasan mengejar setiap mobil yang berhenti, yang terkadang sering ditolak oleh calon pembelinya.
Ya Allah...padahal berapa sih dagangan yang dia bawa setiap hari?? Tidak banyak. Pasti keuntungannya juga sedikt sekali. Menyesal bangetz teman- teman.... untuk beli seplastik kerupuk yang hanya seharga 500 rupiah di lampu merah kadang kita tidak mau.Â
Padahal uang itu tidak seberapa untuk kita. Mungkin karena kita tidak butuh dan tidak tertarik..akan tetapi sebenarnya itu sangat bermanfaat bagi mereka. Dengan seplastik kerupuk yang kita beri mereka akan mendapat keuntungan dan bisa makan.
Mungkin yang mereka jual sepele dan tidak bermanfaat bagi kita...namun mereka ternyata sangat terbantu bila kita membelinya. Kalau tidak beli untuk diri sendiri, bisa juga diberikan untuk orang lain.Â
Supaya dagangan mereka bisa laku dan bisa digunakan untuk berjualan lagi. Bukankah berjualan asongan lebih mulia daripada meminta- minta?
Ribbighfirlii warhamnii ya allah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H