Namun apa boleh dikata, hasil minor demi hasil minor yang didapatkan pemain kelahiran 1996 itu tahun ini semakin membuat kepercayaan fans bulutangkis kepadanya terus menurun. Asa suporter yang tak kenal lelah meneriakan yel-yel "In do ne sia" dinegara manapun turnamen dilangsungkan harus sirna.
Ginting jauh kalah tertinggal soal konsistensi permainan dari pemain tunggal putra lainnya seperti, Kento Momota, Chou Tien Chien. Belakangan ada nama Anders Antonsen.
Ketiga pemain itu, sudah mengantongi sejumlah gelar juara tahun ini. Memang harapan Indonesia tidak sepenuhnya pupus karena Jojo juga sudah mengantongi gelar juara di Australia Open. Namun sayangnya, setali tiga uang, penampilan Jojo juga belum bisa disebut konsisten.
"Sebenarnya yang ingin kita lihat itu kestabilannya. Jangan misalnya sekarang kita naik ke atas, Â tiba-tiba kemudian turun langsung ke lantai. Seharusnya enggak begitu," kritik Taufik soal inkonsitensi permainan tunggal putra seperti dilansir dari Kompas.com.
Taufik juga menyarankan agar ada terobosan baru dalam sistem latihan ditunggal Putra yang ia nilai monoton. Harapannya agar permainan tunggal putra dapat konsisten dan pemain dapat berprestasi dengan meraih gelar demi gelar--yang nantinya akan mengangkat nama Indonesia dimata dunia. (**)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI