Mohon tunggu...
Rustam
Rustam Mohon Tunggu... Jurnalis - Kuli tinta

Menulis dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Derita Terusir

4 November 2019   19:15 Diperbarui: 4 November 2019   19:29 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia semakin larut dalam lamunan, saat gelap semakin memekat. Tak ada listrik ditempat itu. Hidupnya betul-betul berubah drastis.

Arman yang seorang militer yang bertugas didesa menemukan Naba dalam keadaan pingsan, di pinggir jalan. Naba lalu dibawahnya ke perawat desa hingga sadarkan diri.

Naba akhirnya dibiarkan tinggal dirumahnya, dan diberi pekerjaan mengurusi usaha sampingannya.  Alasannya sederhana, Naba berasal dari daerah yang sama dengan Arman. Hal itu yang membuat Arman tak berpikir panjang untuk menerima Naba, meski tak tahu seluk beluk Naba.

"Saya melarikan diri Daeng, dikampungku saya sudah tidak diterima. Tapi ini karena kesalahanku," begitu Naba menjawab pertanyaan Arman saat itu. Mungkin karena Naba jujur mengakui bahwa yang terjadi padanya adalah akibat  kesalahnya yang membuat Arman berani menerima Naba dirumahnya.

**

Tak banyak yang sanggup hidup dalam kondisi yang dialami Naba, dikucilkan dari kehidupannya. Naba pun pernah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara meminum racun. Tapi ia batalkan, ia merasa harus tetap hidup karena berlasan ingin berbuat dan memperbaiki kesalahnya.

Tapi ia kadung dianggap buruk oleh orang, bahkan satu kesalahan terbesarnya yaitu berbuat tak senonoh dengan beberapa perempuan menjadi bertambah banyak. Ia juga difitnah menyukai istri orang dan suka membicarakan keburukan orang lain. Ia dituduh biang gosip.

Tak banyak yang bisa ia lakukan saat itu. Ia tahu kesalahanya melecehkan perempuan adalah kesalahan fatal, namun dua hal lainnya tak pernah ia lakukan. Namun tak ada lagi yang mau percaya dengan Naba. Ia sudah terlanjur buruk dimata orang lain.

Dimingu pertama, ia merasakan kekalutan yang sungguh. Ia merasa sendiri dan tak punya teman untuk berbagi kesedihan. Belum lagi, fitnah bahwa ia punya kelainan jiwa karena menyukai istri orang lain dan suka bercerita keburukan orang lain tak bisa lagi ditampiknya.

Hal itu juga yang membuat dia memutuskan untuk tetap hidup, hingga suatu hari nanti, ia punya kesempatan untuk menjelaskan kebenaran pada semua orang yang terlanjur mencapnya buruk.

"Saya tidak sampai memperkosa gadis-gadis itu. Saya tahu itu salah, saya khilaf. Tapi dua cerita yang dibuat-buat oleh entah siapa sungguh meyakitkan," batinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun