Mohon tunggu...
Rustam
Rustam Mohon Tunggu... Jurnalis - Kuli tinta

Menulis dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kuasa Hati

1 November 2019   18:22 Diperbarui: 1 November 2019   18:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**
Presiden telah menyerahkan kekuasaanya. Ia mengikuti tuntunan mahasiswa yang telah mengelar demonstrasi berhari-hari, bahkan telah menduduki gedung parlemen.

Kekuasaan diambil alih seorang wakil presiden saat itu. Secara konstitusional, ia nerhak menduduki kursi presiden, setelah presiden mengundurkan diri akibat gelombang desakan dari mahasiswa dan masyarakat.

Di Kampung Lebba Kammami, bagi Kondra, bulan Mei itu bukan soal kekuasaan presiden, ini lebih soal kekuasaanya dihati Rannu yang akan diambil alih paksa oleh laki-laki dari kampung sebelah. Empat hari lagi, acara pernikahan akan dilangsungkan.

Rumah Rannu telah dibangungi 'Balla Panyambungi', Lasugi paripurna  terpasang di dinding rumah. Anak-anak mulai bermain 'enggo-enggo' di bawah lamming yang dibangun dari bambu-bambu yang ditebang dari borong buloa. Hal itu semakin membuat miris hati Kondra.

Dan rasa nekat itu pun sempurna di hati Kondra. Apa yang direncakannya dengan Rannu akan dilaksanakan malam ini. Ia dan Rannu akan 'Silariang'.

Pukul setengah sepuluh malam, Kondra telah mengepak pakaian seperlunya. Ia lalu bergegas menuju rumah Rannu, ia memberi kode seperti biasa. Kondra lalu bergegas menuju pohon Mangga belakang rumah Rannu. Disana ia menunggu. Tak lama berselang, Rannu pun datang. Mereka akhirnya berjalan berdua.

Rannu tersedu, sambil jalan air matanya juga tak berhenti mengalir, "Ambo, Amma pammoporang," kalimat itu terus diulang-ulangi Rannu sepanjang jalan.

Mereka berdua terus berjalan menyusuri belantara. Mereka lewat belakang, jalan yang menghubungkan  kampung Lebba Kammami dengan Desa Situna-tunai. Namun ditengah perjalanan, tak disangka didepan mereka ada Dg Talliwa dan Dg Pannia, keduanya adalah paman Rannu. Serta Ayah Rannu juga hadir.

Tanpa basi-basi, ketiganya lalu menyerang Kondra. Malam jadi saksi bisu. Darah dan airmata tumpah.  Tangisan Rannu memecah sunyi malam itu.

"Ammoterko, eroko akapasiri tau toa, Rannu. Tenana kusanna-sanna eroki kugaukang anne," bentak Dg Binggu.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun