Mohon tunggu...
Abdullah Almuklish
Abdullah Almuklish Mohon Tunggu... Full Time Blogger - komisaris PT Hara Hita Wisesa

Hidup adalah perjuangan tanpa henti - henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rekayasa Pakem

17 Januari 2013   13:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:19 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Astina sudah seminggu ini terus menerus di guyur hujan, dan tak pelak banjir mun menyusup hingga Tumaritis termasuk kediaman para Punakawan. Rumah mereka mendapat kunjungan banjir hingga setinggi  dada, apa boleh buat ya ngungsi lagi.

Banjir kok langganan, mending langganan Koran atau majalah, bosen lah  begini terus". Gerutu Bagong sambil ngangkat tivi supaya tidak terendam dan ikut berenang

Ya ini kan sudah sabda alam, siapa yang merusak pasti akan ikut rusak, hutan di babat dijadikan villa, sungai ditimbuni oleh sampah, bukan siapa-siapa ya tapi kita ini, lha wong kita yang berbuat,kita juga yang menuai hasilnya musibah ini kan memang sudah rutin satu periode kekuasaan alias lima tahunan". Petruk yang ikut nimbrung yang juga sedang mempersiapkan diri untuk membantu proses evakuasi warganya.

Musibah kok rutin tho ?,mana ada yang namanya musibah itu rutin, negeri yang aneh, kenapa kita selalu melakukan pembiaran sama yang namanya kerusakan, kenapa? Kenapa ?. gaya lebay Gareng memperkeruh suasana.

Lengleng ramya ningkang sasangka kumenyar, mangrenggo rum ing puri,

Mangkin tanpa siring, haleb ingkang umah, mas lewir murub ing langit,

Tekawan sarwa manik, tawingnya sinawung, sasa sekar sinuji,

Ungwan Banowati, yang amren alangen lan nata Duryudana.

Babe Semar tiba-tiba murwa dari atas genteng, anak-anaku semua ini adalah asal muasal dari semua kejadian, yang mana kejadian ini adalah rekayasa sejak berabad-abad lamanya. Bahkan sebelum peradaban manusia ada, ini adalah sebuah ketetapan.

Di perdaban manapun semua ini selalu terjadi , semua anak adam mengalaminya dan harus mengalaminya, sekali lagi bukan  soal kebenaran hitam atau putih, karena sudah garisNya kita mesti saling menumpahkan darah,  Habil dan Qobil adalah mulanya, Kurawa dan Pandawa berikutnya, Perang dunia satu dua adalah pengingat bahwa kita manusia akan selalu dan harus seperti itu.

Generasi Tua yang tidak pernah mau di suksesi itu juga sudah kodratNya, kamu lihat bagaimana Bharatayudha Yang tetap menyisakan Pandawa, tidak Gatot kaca atau Abimanyu semuanya sengaja dimusnahkan dalam Bharata Yudha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun