Mohon tunggu...
Abdullah Almuklish
Abdullah Almuklish Mohon Tunggu... Full Time Blogger - komisaris PT Hara Hita Wisesa

Hidup adalah perjuangan tanpa henti - henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Negeri Konpelik

24 November 2012   13:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:44 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore  ini ditempat seperti biasa , tidak dimana-mana dan tidak pernah kemana-mana, semuanya serba sama, mungkin Cuma waktunya yang berubah ,dengan oerang-oerang yang sama, warga desa yang sama dengan yang dulu-dulu,lugu dn tanpa tendensi politik apapaun.

Bagong yang sama seperti dulu, Petruk yang sama dan tidak pula ketinggalan gareng yang sama, sama-sama menghadapi syndrome kelelahan dan kebosanan menghadapi gelombang pasang kebohongan dan kemunafikan pejabat-pejabat istana, yang kian hari tambah menjadi-jadi.

Saling menusuk itu hal biasa, mengejek,menjelek-jelekan itu hal biasa saja, meneror mengancam adalah hal yang sudah umum dan biasa saja.

Bukankah kita ini lahir dan dilahirkan untuk menjadi baik dan sejahtera ?"pertanyaan itu memecah ruang gamang diantara ketiga anak semar sore ini, tarikan asap rokok gareng  mengepul diantara rongga-rongga pertanyaan yang rasanya menghantam setiap dada.

Disemua agama mengajarkan tentang segala macam kebaikan,dan kebenaran,moralitas agung pencapaian para resi bahkan dewa, kita selalu menonton tivi dan selalu mengagung-agungkan kebaikan dan keberanian para super hero di tivi.

Bukankah para resi,agamawan,budayawan,kyai,ustadz melimpah ruah saat ini ?,bahkan ruang infotainment pun saat ini menjadi ruang-ruang dakwah mereka,bukankah anomaly jika perang saudara,sex bebas ,pejabat korup dan konflik berdarah bagai jamur dimusim hujan ?

Pertanyaanmu itu biasa saja Reng, Sadarkah kamu ? bahwa sejatinya negeri kita yang katanya cinta perdamaian adalah buah dari peperangan, kamu inget ndak jaman dahulu kala itu tentang perang Bharatayudha, dan perlu kamu inget itu bukan perang yang di gembar-gemborkan antara kebenaran dan kejahatan, melainkan antara penjudi dan penipu,  jadi kan nggak salah klo pemimpin kita saat ini terdiri dari para perampok,penupi egh penipu,tukang judi dan suka maen perempuan." Suara petruk mencoba mengusir kegalauan saudaranya.

Lalu bagaimana soal konflik horizontal ?,warga dengan warga,keyakinan dengan keyakinan bahkan agama dengan agama,  apakah karena masyarakat meniru pemimpinya ?,bukankah selama ini sekat pembeda kita selalu jelas,bahwa Negara kita ini adalah auto pilot,siapapun yg memerintah negeri ini kita punya Negara ini sendiri,kebiasaan sendiri  bahkan aturan dan hukum kita sendiri. Lalu dimana slogan masyarakat kita ini murah senyum dan cintai damai ?."galau gareng  ditengah kepulan asap pisang goring yang tersaji dimeja ruang tamu.

Dimata Tuhan semua ini sudah biasa, Tau gak sih loe, ciyus nih, loe tau gak ,sejak jamanya manusia itu di era sperma kompetisi dan saling menjatuhakan itu sudah terjadi, dan tau gak sih loe, di dalam kitab suyci juga disebut,klo manusia itu hobinya saling menumpahkan darah, ciyusssssssssssssssssssssss." Suara Bagong tiba-tiba berbunyi yang sedari tadi sedang main bola di playstationya bersama anak tetangga sebelah.

Jadi kesimpulanya, kompetisi akan selalu ada,pertumpahan darah akan selalu terjadi, perang tidak akan pernah biasa dihindari, karena konpelik adalah darah daging manusia, dan kita sebagai manusia harus bisa berdamai dan terbiasa dengan keadaan ini."seru Gareng sambil menutup jendela rumah karena senja di Tumaritis telah tiba seperti biasa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun