Saat kita merasa marah, cobalah menarik napas dalam-dalam, berkomunikasi dengan dengan baik, atau tinggalkan penyebab kemarahan kita.
Efek negative marah selanjutnya bisa melemahkan daya tahan tubuh Orang yang sedang marah sehingga kita mudah terserang oleh penyakit.
Ilmuwan Universitas Harvard menemukan bahwa pada orang sehat,  seseorang yang  mengingat kembali pengalaman marah mereka di masa lalu dapat menyebabkan penurunan  kadar antibodi imunoglobulin A,  garis pertahanan pertama sel yang melawan infeksi selama enam jam.
Jadi, jika kita tidak ingin mudah sakit, carilah  strategi yang efektif untuk mengendalikan amarah kita. Misalnya, daripada marah-marah, kita bisa berkomunikasi dengan baik, menyelesaikan masalah dengan  lebih efektif, menggunakan humor, dan sebagainya.
Selanjutnya bisa memperburuk kecemasan Jika kita menderita gangguan kecemasan, penting untuk diingat bahwa kecemasan dan kemarahan sering kali berjalan beriringan.
Sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam jurnal Cognitive Behavioral Therapy menemukan bahwa kemarahan dapat memperburuk gejala gangguan kecemasan umum, suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat kekhawatiran yang berlebihan, tidak terkendali, dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari pasien.
Penyebab depresi Ada hubungan antara depresi, agresi dan ledakan amarah, terutama pada pria. Orang yang  depresi sering kali menunjukkan kemarahan yang pasif, artinya mereka cenderung menahan amarahnya daripada mengambil tindakan.
Bagi kita yang sedang mengalami depresi bercampur amarah, sebaiknya tetap sibuk dan jangan terlalu banyak berpikir. Berbagai aktivitas seperti bersepeda, Â golf, atau menyulam bisa menjadi solusi yang baik untuk mengendalikan amarah.
Kegiatan-kegiatan ini cenderung memenuhi pikiran kita sepenuhnya, hingga tidak ada  ruang  tersisa untuk marah.
Selanutnya marah bisa merusak paru-paru Sekalipun Anda tidak merokok, paru-paru kita tetap bisa rusak jika kita sering marah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan sekelompok ilmuwan di Universitas Harvard terhadap 670 pria selama kurun waktu 8 tahun, pria yang sering marah mengalami penurunan kapasitas paru-paru  secara signifikan sehingga meningkatkan risiko gangguan pernapasan.
Peneliti juga meyakini bahwa peningkatan hormon stres saat marah dapat menyebabkan peradangan  saluran napas.