Yogyakarta -- Penyakit jantung koroner merupakan salah satu kasus penyakit jantung yang memiliki angka kasus terbesar dunia. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang disebabkan adanya penyumbatan pembuluh darah jantung dikarenakan plak pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan terganggunya aliran darah jantung yang disebabkan karena Arterosklerosis yang terjadi karena lemak, kolesterol ataupun kelainan pada katub jantung.
Penyakit jantung koroner sendiri dibedakan menjadi berbagai macam jenis penyakit jantung seperti : Angina Pektoris, STEMI dan NSTEMI. Salah satu tindakan untuk mengatasi penyakit jantung koroner adalah melalui tindakan farmakologi dan tindakan non farmakologi. Tindakan farmakologi adalah tindakan yang dilakukan menggunakan pengobatan ataupun melalui tindakan non bedah ataupun bedah. Sedangkan tindakan non farmakologi adalah penatalaksanaan tanpa menggunakan obat tetapi lebih berfokus kepada pencegahan terhadap serangan jantung yang berulang.
Salah satu penatalaksanaan pada pasien jantung koroner adalah dengan penatalaksanaan PCI atau Kateterisasi jantung. Kateterisasi jantung adalah salah satu tindakan dengan menggunakan pipa kateter kecil yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang berfungsi untuk melihat kondisi didalam jantung serta berfungsi untuk memasang balon ataupun tindakan mengatasi sumbatan didalam pembuluh darah jantung. Dalam pelaksanaan tindakan kateterisasi jantung tersebut akan bisa dilihat kondisi didalam pembuluh darah jantung apakah sumbatan tersebut sedikit, besar ataupun total.
Tetapi didalam penelitian masalah yang muncul ketika pasien dihadapkan pada tindakan kateterisasi jantung adalah Kecemasan yang berat. Masalah yang muncul ketika pasien jantung koroner akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung antara lain akan timbul kecemasan yang berat pada pasien yang dijadwalkan akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung. Kecemasan ini apabila dibiarkan akan menyebabkan masalah kontra indikasi pada tindakan kateterisasi jantung. Salah satu kontra indikasi pada tindakan kateterisasi jantung adalah : Penyakit ginjal, Ureum Kreatinine yang tinggi, pemeriksaan laboratorium yang abnormal, Diabetes Mellitus, Tekanan Darah Tinggi, Kecemasan berat, Tanda -- tanda vital yang abnormal. Kondisi tersebut membuat pasien harus ditunda terlebih dahulu ketika akan dilakukan kateterisasi jantung.
Dalam penelitian Riskesdas tahun 2018 menyatakan bahwa angka kejadian penyakit jantung koroner semakin tahun semakin meningkat dari tahun ke tahun hal ini didapatkan dari prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 1,5% yang artinya 15 dari 1000 orang di Indonesia menderita penyakit Jantung Koroner. Selain itu masalah yang perlu diperhatikan adalah sebanyak data 60% pasien yang akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung akan mengalami masalah kecemasan.Â
Sedangkan kecemasan ini apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan masalah kesehatan antara lain : meningkatnya tanda -- tanda vital pasien seperti peningkatan heart rate, tekanan darah tinggi, sesak nafas, suhu meningkat, lemas dan badan akan keluar keringat dingin. Selain itu hal lain yang terjadi karena kecemasan adalah akan terganggunya seluruh hormon didalam tubuh salah satunya bisa menyebabkan meningkatnya hormon kortisol didalam tubuh. Hormon Kortisol didalam tubuh apabila diproduksi secara berlebihan bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti Stres yang berkepanjangan hingga bisa menyebabkan depresi dan menurunya sistem kekebalan tubuh pasien sehingga mudah terjangkit penyakit.
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas team Spesialis Medikal Bedah Jantung dan Pembuluh darah yang terdiri dari : Dian Hudiyawati, Prima Trisna Aji dan Ani Syafriati melakukan tindakan mandiri untuk mengatasi masalah kecemasan pada pasien jantung koroner yang akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung yaitu dengan terapi Audio Al Quran Surat Ar-Rahman yang bertujuan untuk mengatasi kecemasan pada pasien jantung koroner yang akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung.
Dalam pelaksanaannya tindakan terapi Audio Murotal Quran Surat Ar rahman ini sangat efektif dalam menurunkan kecemasan yang terjadi pada penderita jantung koroner yang akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung. Dalam hasil tindakan penelitian tersebut sudah dipublish dalam jurnal penelitian Shinta 3 di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian tersebut dalam waktu dekat akan di HAKI kan atas nama : Dian Hudiyawati, Prima Trisna Aji dan Ani Syafriati spesialis Jantung dan pembuluh darah yang sudah menemukan inovasi tindakan tersebut pada pasien jantung koroner yang akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung.
Dosen Spesialis Medikal Bedah "Prima Trisna Aji" menyampaikan bahwa dari hasil penelitian tersebut menghasilkan data bahwa Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan evidenced based practice berupa pemberian terapi murotal Al-qur'an terhadap kecemasan pasien yang akan menjalani PCI. Metode yang digunakan dalam studi melalui pendekatan pre eksperimental dengan penerapan evidence-based practice tentang penerapan terapi murotal Al-qur'an. Jumlah sampel sebanyak 30 responden, yaitu pasien ACS yang akan mendapatkan terapi PCI. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Kecemasan diukur menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) dengan rentang 1-10. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Hasil didapatkan terdapat pengaruh pemberian terapi murotal Al-quran terhadap kecemasan (p<0.05). Adanya perbedaan yang signifikan pada skor kecemasan sebelum dan setelah diberikan intervensi. Kesimpulan, terapi murotal merupakan terapi yang mudah dilaksanakan serta secara signifikan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani PCI.
Prima Trisna Aji menyampaikan bahwa dengan rilisnya penelitian tersebut diharapkan bagi tenaga medis yang bertugas di ruang ICCU Kardiovacular Rumah Sakit Islami bisa mengaplikasikan tindakan tersebut dikarenakan tindakan tersebut sangat efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien jantung koroner yang akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung. Selain itu manfaat kesehatan yang lain juga akan banyak didapatkan selain menurunkan kecemasan pasien jantung koroner. *Red
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H