Mohon tunggu...
Teguh Surya
Teguh Surya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student, Writer, Freedom-hunter

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bertumbuh Bersama Beasiswa Minamas-Sime Darby

6 September 2014   05:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:29 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_322478" align="aligncenter" width="576" caption="Bersama Paman, Bibi, dan si Kecil Syifa saat penyematan tanda penerima beasiswa"][/caption]

Menjadi seorang penerima beasiswa adalah berkah sekaligus kebanggaan tersendiri untuk saya. Sejak kecil saya selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang berprestasi. Meski bertahun-tahun ditinggal kedua orang tua untuk mencari nafkah di negeri jiran Malaysia, saya tidak pernah menyerah. Alhamdulillah, saya masih memiliki kakek, nenek, paman, dan bibi yang selalu setia membimbing dan mendukung pendidikan saya hingga saya bisa menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Di kuarter pertama 2013, saat masih di semester 6 saya menemukan informasi beasiswa ini dari sebuah link yang dibagikan teman saya di Facebook. Minamas Plantation, sebuah perusahaan perkebunan bagian dari Sime Darby Group, sedang membuka pendaftaran beasiswa untuk mahasiswa bidang Pertanian dan Teknik. Bertepatan saya juga berasal dari bidang pertanian, jurusan Agroteknologi di Universitas Sumatera Utara.

Sime Darby merupakan sebuah grup perusahaan asal Malaysia. Dapat dikatakan bahwa Sime Darby adalah perusahaan multinasional. Melalui yayasannya, Yayasan Sime Darby (YSD), perusahaan ini menyalurkan CSR salah satunya dalam bentuk beasiswa untuk mahasiswa  yang berasal dari negara di mana terdapat unit usahanya, yakni dari Malaysia, Singapura, Liberia, dan Indonesia. Hingga pada tahun 2013, Yayasan ini dipimpin oleh Beliau adala Tun Musa Hitam, seorang mantan wakil perdana menteri Malaysia era Mahatir Mohammad dan juga salah satu pemegang saham di Sime Darby.

[caption id="attachment_322506" align="aligncenter" width="591" caption="Yayasan Sime Darby (YSD)"]

1409929348881347236
1409929348881347236
[/caption]

[caption id="attachment_322507" align="aligncenter" width="211" caption="Minamas Plantation"]

14099294681272088204
14099294681272088204
[/caption]

Saya ingin cerita sedikit tentang pengalaman saya mengejar beasiswa sebelum “berjodoh” dengan YSD. Memang bukan kali pertama ini saya menerima beasiswa. Saat semester 2, saya memperoleh beasiswa Peningkatan Potensi Akademik (PPA) dari DIKTI. Beasiswa ini memiliki syarat utama IP harus di atas 3,00. Selain itu, persyaratan lain yang, terus terang, membuat saya kurang nyaman adalah adanya surat keterangan tidak mampu dari kelurahan. Sebenarnya saya lebih suka beasiswa diperoleh dari kemampuan, bukan ketidakmampuan (finansial) walau senyatanya memang demikian keadaannya. Namun saya tetap bersyukur bisa mendapatkan beasiswa ini selama 2 tahun berturut-turut dan sangat terbantu terutama untuk pembayaran SPP.

Setelah masa beasiswa PPA habis, saya bertekad mengejar beasiswa lain yang berasal dari lembaga non-pemerintah. Saya pikir beasiswa demikian akan lebih kompetitif dan mengandalkan kemampuan. Maka, di awal 2012, saya mencoba beasiswa Tanoto Foundation. Persyaratannya lumayan banyak, terutama berkas-berkas yang semuanya harus diunduh secara online lewat situs. Semua berkas sudah berhasil saya siapkan, namun tinggal satu berkas yang belum saya miliki : Akte Kelahiran. Pada saat itu saya merasa malang sekali sudah seumur begini tapi tak punya catatan kelahiran. Namun saya tetap berusaha. Melalui bantuan paman, saya akhirnya bisa memegang berkas itu. Namun sayang, berkas itu keluar tanggal 1 Februari, sedangkan tenggat waktu pendaftaran online tanggal 2 Februari, hanya satu hari selisih sehingga mau tak mau saya mendafar tanpa memasukkan akte kelahiran.

Saya cemas ketika menjelang pengumuman seleksi selanjutnya karena sadar berkas saya tidak lengkap. Ternyata kekhawatiran saya memang terbukti, saya tidak lulus seleksi berkas. Awalnya saya sangat kecewa karena saya sudah pontang-panting  ke sana kemari mengurus seabrek berkas dan hanya karena secarik Akte, saya gagal. Akan tetapi, Saya mawas diri. Mungkin memang belum rejeki saya.

Sejak saat itu, saya bertekad untuk mendaftar lagi tahun depan. Awal Januari 2013 saya cari info beasiswa TF dan ternyata sudah buka. Langsung saja saya siapkan semua persyaratan. Kali ini saya tidak terlalu mengalami kesulitan karena sudah tahu apa  saja yang harus dipersiapkan. Semua berkas tidak dikirim secara onlien lagi, tetapi melalui pos. Alhamdulillah, setelah menunggu selama lebih sekitar 3 bulan akhirnya di bulan April diumumkan bahwa saya termasuk dalam sekitar 200-an mahasiswa USU yang berhak lanjut ke tahap berikutnya : Seleksi Tertulis dan Forum Group Discussion (FGD). Saya menjalani seluruh rangkaian seleksi dengan lancar dan penuh percaya diri. Kali ini saya yakin sekali bisa lulus karena dua bulan sebelumnya saya sudah mempersiapkan diri, termasuk menyiasati bagaimana mengikuti psikotes dan FGD dengan trik-trik tertentu.

Di masa menunggu pengumuman itulah, saya memperoleh link dari teman saya tentang Beasiswa Minamas-Sime Darby. Awalnya saya tidak begitu antusias karena tidak familiar dengan pemberi beasiswa ini. Namun, naluri pengejar beasiswa saya memerintahkan untuk segera mengecek link itu yang kemudian mengantarkan saya pada situs YSD. Saya baca setiap kata dari informasi itu. Ternyata persyaratan yang diminta jauh lebih sederhana dari TF karena hanya diminta mengisi formulir tanpa berkas ini itu. Setelah pikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk apply beasiswa ini, satu hari sebelum Deadline !

Sebulan menunggu, di bulan Mei pengumuman seleksi awal Beasiswa Minamas-Sime Darby pun keluar. Alhamdulillah, saya lulus, dan berhak masuk ke tahap selanjutnya. Tahap ini berupa Assessment Centre. Saya baru pertama kali mendengar istilah ini dan setelah cari info dari berbagai sumber ternyata ini hampir sama dengan ujian seleksi calon karyawan atau calon Management trainee (MT). Di tahap ini, saya bersama seorang teman saya, Handyman Waruwu, dari jurusan Keteknikan Pertanian yang juga lulus seleksi berkas. Assessment Centre ini diadakan di Pekanbaru. Kami diminta untuk pesan tiket pesawat dengan biaya sendiri dulu dan akan ada reimbursement setelah mengikuti proses seleksi selesai.
Di Pekanbaru, kami bertemu dengan peserta seleksi lainnya dari Universitas Riau. Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada kami. Hal ini karena mereka memperoleh sosialisasi langsung dari Minamas. Assessment Centre diadakan selama 4 hari di Hotel Swiss-Bellin SKA di pusat kota Pekanbaru. Kami yang dari USU pun menginap di sana, sedangkan teman-teman dari Riau datang dari pagi hingga sore.

Ternyata, Assessment Centre ini jauh lebih rumit dan kompleks daripada sekadar ujian psikotes semata. Seleksi ini terdiri dari dua tahap lagi, yakni wawancara dan tes-tes tertulis serta presentasi. Wawancara merupakan tahap yang menentukan apakah peserta lulus atau tidak ke seleksi tertulis dan presentasi. Rata-rata durasi wawancara adalah 1  jam. Saat giliran saya dipanggil, entah mengapa saya begitu antusias dan tidak merasakan ketegangan yang amat sangat, tidak seperti salah seorang peserta sebelum saya yang raut wajahnya begitu suram saat baru keluar dari ruang wawancara.

Saya disambut tiga orang pewawancara, semuanya adalah laki-laki. Sebenarnya saya merasa gugup juga, namun saya berusaha menepis perasaan itu dengan tersenyum seramah mungkin kepada pewawancara. Pertanyaan yang diajukan pun standar, berkisar hal-hal pribadi dan akademik, motivasi,  serta prestasi yang pernah diraih. Pokoknya semua yang ada di formulir yang kita isi. Menjelang akhir wawancara, saya ditanya tentang hobi. Saya jawab bersepeda, nonton film, dan menyanyi. Demi mendengar saya hobi menyanyi para pewawancara itu menjadi antusias. Dengan serta merta mereka meminta saya menyanyi. Salah seorang pewawancara, nama beliau Pak Manurung, menyetel kamera poket ber-tripod untuk merekam saya. Wah, saya tidak menyangka akan seperti ini. Jujur saya juga menjadi sangat antusias. Saya menyanyikan lagu “Indonesiaku Tersenyum” dari band Fruit ‘N Salads dengan penuh percaya diri.

Saya pun keluar ruangan wawancara dengan wajah sumringah dan ceria. , Tak sadar bahwa ternyata sudah lebih dari satu jam saya berada di ruangan itu. Teman-teman peserta yang lain pun langsung bertanya, “Gimana, gimana tadi ? Susah gak pertanyaannya ?” Saya jawab dengan tersenyum, “Nikmatin aja. “

Hasil wawancara pun diumumkan. Alhamdulillah, saya lulus. Namun sayang, teman saya satu-satunya sesama dari USU tidak lolos. Alhasil tinggal saya sendiri yang maju. Saya pun bertekad untuk lulus.

Tahap selanjutnya seleksi tertulis dan presentasi serta FGD. Seleksi pada tahap ini ditangani langsung oleh tim psikolog dari Universitas Indonesia. Ujian tulis dimulai dengan tes TOEFL-like kemudian psikotes. Untuk bagian ini saya tidak banyak menghadapi kendala karena sudah beberapa kali mengikuti dan saya juga memiliki trik-trik khusus untuk menyiasati ujian seperti ini. Bagian yang baru pertama kali saya ikuti adalah studi kasus, presentasi, dan tes mental kepemimpinan. Yang terakhir itu adalah bagian favorit saya.

Kami diinstruksikan untuk menganggap diri kami adalah seorang ketua organisasi mahasiswa yang baru saja dilantik, menggantikan ketua yang lama. Tantangan besar pun menanti karena ketua yang lama ternyata banyak meninggalkan segudang masalah, baik secara internal maupun eksternal. Oleh penguji, kami diberikan beberapa masalah yang harus diselesaikan. Kami harus dapat menentukan prioritas, masalah yang mana  yang lebih dulu diselesaikan dan bagaimana cara menyelesaikannya agar bisa dihasilkan win-win solution. Kami pun harus menjelaskan alasan rasional dari pendekatan yang kami gunakan. Tes ini benar-benar menguji mental kepemimpinan kami. Hingga tahap ini saya sangat terkesan dengan proses seleksi dan saya pikir penyelenggara beasiswa ini sangat profesional.

Singkat kata, proses seleksi tahap 2 pun selesai. Saya pulang ke Medan dengan harapan besar. Setiap hari saya berdoa agar paling tidak bisa lulus pada salah satu beasiswa.

Beberapa minggu kemudian saya memperoleh kabar bahwa saya lulus tes tertulis beasiswa TF dan berhak melanjut ke tahap terakhir : wawancara. Proses wawancara di TF ini jauh lebih sederhana daripada Minamas, sehingga saya sangat merasa yakin bisa lulus. Di sisi lain, saya juga mendapat kabar bahwa saya juga lulus seleksi Assessment Centre dan harus mengikuti satu tahap terakhir yakni tes kesehatan. Untuk tes kesehatan ini, saya juga sangat yakin bisa lulus karena saya tidak memiliki riwayat penyakit parah dan saya juga punya kebiasaan hidup yang sehat (terutama tidak merokok).

Alhamdulillah, di pertengahan Juli 2013, hasil seleksi beasiswa TF diumumkan dan saya keuar sebagai salah satu yang berhasil lulus menjadi calon penerima. Beberapa hari berikutnya, pengumuman dari Minamas pun datang dan saya ternyata juga lulus. Ya, saya lulus dua program beasiswa sekaligus pada saat yang hampir bersamaan.

Sayangnya, keduanya mensyaratkan penerimanya untuk tidak menerima beasiswa dari lembaga lain. Saya harus memilih. Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya saya putuskan untuk mengambil beasiswa Minamas dan mengundurkan diri dari beasiswa TF dengan suatu alasan tertentu. Saat itu saya berharap, andai saja beasiswa itu bisa dialihkan ke penerima lain. Di satu sisi, saya merasa telah merenggut impian orang lain untuk memperoleh beasiswa TF yang ternyata tidak saya ambil, namun di sisi lain saya merasa makin percaya diri dan bersyukur bahwa saya juga bisa berkompetisi dengan segenap upaya dan tentunya, ridha Allah SWT.

Maka, inilah saya sekarang, seorang Scholar beasiswa
Minamas-Sime Darby angkatan 2013. Sebagai informasi, beasiswa ini berskema beasiswa ikatan dinas, jadi setelah saya lulus saya “diwajibkan” untuk bekerja dengan masa kontrak tertentu di salah satu unit usaha di mana nanti saya dibutuhkan. Yah, walaupun saya sebenarnya kurang berminat untuk bekerja di pekerbunan, namun mulai sekarang saya berusaha mempersiapkan diri saya lagi untuk berkarir di industri ini. Paling tidak, setelah lulus saya tidak menganggur dan saya yakin berkarir di perusahaan ini akan memberikan saya pengalaman kerja dan belajar yang banyak untuk masa depan saya nantinya.

Medan, 5 September 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun