Indramayu, Jawa Barat (2/8)-Â Pengrajin Daluang dan masyarakat di Desa Cikedung Lor, Indramayu mendapat angin segar dengan adanya kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh tim dalam Program Diseminasi Teknologi dan Inovasi (PDTI) 2024. Tim program diseminasi tersebut diketuai oleh Prof. Dr. Yulianeta, M.Pd., bersama dengan anggota tim yaitu. Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum., Prof. Dr. Tri Indri Hardini, M.Pd., Dr. Halimah, M. Pd., Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos, S.Pd., MM., dan Dr. Agung Zainal Muttakin Raden, M.Ds. Beberapa mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia turut terlibat dalam program diseminasi tersebut yaitu Mohammad Wildan Rohmatan Lilalamin, Icha Nur Octavianissa, Chandra Wijoto, dan Ahmad Ramdhan Akhyarulrijal, dari prodi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Program tersebut melibatkan salah satu mitra usaha pengrajin daluang, yaitu Yayasan Surya Pringga Dermayu, yang didirikan oleh alm. Ki Tarka Sutarahardja. Yayasan tersebut telah lama berkiprah dalam bidang pelestarian manuskrip kuno sejak tahun 1995. Kini, Yayasan tersebut dijalankan oleh Sri Tanjung Tarka. Misi utama mereka ialah menjadikan manuskrip kuno sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan untuk mengembangkan potensi masyarakat. Hal tersebut selaras dengan tujuan tim program untuk memberdayakan masyarakat dan para pengrajin daluang dengan membuat program "Strategi Pemberdayaan Masyarakat: Penguatan Keterampilan Kreatif Pengrajin Kertas Daluang".
 Program tersebut membawa ide cemerlang untuk pemberdayaan masyarakat lewat strategi penguatan keterampilan kreatif bagi para pengrajin kertas daluang. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan kreatif dan ekonomi masyarakat setempat, serta melestarikan tradisi pembuatan kertas daluang. Masyarakat setempat diberikan materi mengenai naskah tradisional, alih wahana naskah, hingga pengembangan ekonomi kreatif. Pelaksanaan kegiatan tersebut telah direncanakan melalui tiga tahap.
Pada tanggal (2/8) sebagai tahap pertama, masyarakat diajak untuk berlatih dan berdiskusi mengenai produksi kertas daluang yang masih terbatas. Pelatihan tersebut disampaikan oleh Sri Tanjung Sugiarti Tarka, S.Hum., yang menyampaikan pelestarian kertas daluang. Selanjutnya, Prof. Dr. Yulianeta, M.Pd. dan Dr. Agung Zainal Muttakin Raden memimpin diskusi untuk menggali potensi para pengrajin daluang di Indramayu.
Membuat kertas daluang bukanlah hal yang mudah, apalagi pembuatannya tidak menggunakan mesin seperti industri kertas. Proses pembuatan kertas daluang membutuhkan ketelatenan dan kreatifitas dari pembuatnya. Namun, kertas daluang memiliki nilai budaya dan ekonomi yang tinggi, mengingat proses pembuatannya sudah dilakukan orang zaman dulu yang saat ini sudah jarang diproduksi kembali.
Kertas tradisional daluang bukan terbuat dari serat pohon selulosa seperti kertas pada umumnya. Kertas daluang terbuat dari serat pohon Saeh (dalam bahasa Sunda), dipilih karena serat pohon saeh dikenal sangat kuat dan tahan lama. Serat pohon Saeh biasanya digunakan untuk membuat naskah kuno dan wayang beber pada abad ke-9. Sementara di zaman ke sekarang, serat pohon Saeh lebih sering digunakan untuk produksi industri tekstil untuk pakaian. Pohon saeh banyak dibudidayakan oleh masyarakat Asia Timur, termasuk Indonesia.
Di hari berikutnya, (3/8) dilaksanakan pengenalan naskah kuno dan alih wahana naskah lewat inovasi digital sebagai tahap kedua yang dipaparkan oleh Prof. Yulianeta, M.Pd. Uniknya, pada kegiatan tersebut dibuka dengan sejumlah pertunjukan puisi lisan tradisional seperti Sinom, Dangdanggula, dan Asmaranda yang dibawakan oleh Ki Lebe Warki dan Tarjaya. Kegiatan di hari ke dua dibuat dengan konsep balutan warisan budaya.
Pada kesempatan tersebut Dr. Agung Zainal Muttakin Raden, M.Ds. memutarkan film animasi pendek berupa hasil alih wahana naskah kuno ke format visual digital yang disadur dari kearifan lokal di Aceh. Pelatihan tersebut dilaksanakan agar masyarakat dapat melestarikan naskah-naskah kuno lewat bantuan teknologi. Hal tersebut sengaja disampaikan karena salah satu inovasi dari melestarikan dan mempertahankan kebudayaan ialah dengan melibatkan bantuan teknologi supaya dapat diakses dengan mudah oleh generasi masa kini.
Pengenalan kegiatan alih wahana tersebut sangat penting mengingat generasi sekarang lebih dekat dengan penggunaan teknologi. Salah satu cara untuk tetap bisa eksis mengenalkan naskah kuno kepada generasi muda bisa lewat alih wahana berupa animasi, komik, maupun lagu anak yang mengisahkan mengenai alur cerita dari naskah kuno.
Rangkaian kegiatan tersebut mengundang banyak pertanyaan dan antusiasme peserta. Hal tersebut terlihat dari banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan dan berdiskusi sepanjang kegiatan berlangsung. Tidak hanya itu, masyarakat juga diberikan pengetahuan mengenai persebaran naskah kuno di Indramayu oleh Abdullah Maulani, M.Hum., seorang dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tujuan memberi wawasan kepada masyarakat mengenai warisan sejarah yang ada di daerah mereka.
Kegiatan masyarakat juga dibuat interaktif dengan tambahan mengunjungi perkebunan saeh yang tidak kalah serunya. Masyarakat diajak melihat langsung proses pembuatan kertas daluang yang dipimpin oleh Sri Tanjung Sugiarti Tarka, S.Hum. Proses pembuatan kertas daulang diperlihatkan dari tahap awal hingga akhir pembuatan menjadi kertas daulang yang dapat digunakan untuk menulis transkrip naskah kuno.
Program ini berkelanjutan, karena tujuan utama program tersebut bukan hanya memberikan informasi mengenai pembuatan kertas daluang. Tujuan utama program ini ialah mengembangkan ekonomi kreatif masyarakat lewat digitalisasi dan kreatifitas masyarakat setempat. Keberlanjutan program akan dilaksanakan di awal November untuk memberikan bantuan manfaat berupa produk yang menunjang pembuatan kertas daluang, materi tambahan, serta penyerahan simbolis untuk mitra.
Tim program berusaha keras pemberdayaan ekonomi masyarakat di Indramayu ini bisa membantu merealisasikan target-target SDG'S No. 8 yaitu Decent Work and Economic Growth (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi). Dicapai melalui peningkatan dan inovasi teknologi produksi kertas daluang menjadi barang kreatif lainnya. Hal tersebut menjadi bukti bahwa program pengabdian kepada masyarakat dari tim program ialah sebagai dukungan dan promosi untuk menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan usaha mitra yang diharapkan akan semakin berkembang.
Alih wahana naskah kuno merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan usaha mitra dan produktivitas masyarakat setempat, yang difokuskan pada peningkatan nilai tambah tinggi pada produksi yang dihasilkan oleh masyarakat dan pengrajin kertas daulang. Tim program melihat usaha yang dikembangkan oleh mitra memiliki potensi besar untuk terus berkembang, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang memiliki nilai warisan kebudayaan tinggi.
Melalui rangkaian program ini, diharapkan masyarakat setempat bisa saling bahu membahu melihat kesempatan baru untuk meningkatkan ekonomi mereka secara mandiri. Selain itu, lewat pengenalan naskah kuno dan pembuatan kertas daulang yang nanti akan sampai ke generasi muda, mereka bisa memiliki kesadaran dan ketertarikan untuk menjaga dan melestarikan tradisi serta warisan budaya yang diturunkan oleh nenek moyang kita. Tentunya, dengan harapan utama kreatifitas tersebut dapat menjadi manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya