Mohon tunggu...
Ruang Musik
Ruang Musik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi Universitas Pertamina

Berita seputar musik di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Music

Kisah Sang Kawan Melodi

19 Januari 2023   03:07 Diperbarui: 19 Januari 2023   03:05 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bang Untung, si pengoleksi kaset pita

Bang Untung (53), pria paruh baya yang bersahabat dengan helai demi helai gulungan pita di sebuah bilik sempit yang ia namakan ‘Hysteria’. Dengan mata berbinar, ia ceritakan koleksi kaset pita yang dikumpulkan tanpa terhirau dengan bisingnya lalu lalang manusia saat itu.

Sudah 25 tahun sejak Bang Untung memulai mengoleksi kaset pita, tetapi kecintaannya terhadap kaset pita tidak pernah pudar. Baginya kaset-kaset pita sudah menjadi kawan paling setia yang membantu menopang hidupnya.  

Bilik nan sempit di Blok M Square menjadi saksi bisu perjuangan Bang Untung dalam mengumpulkan, merawat, dan menjual kaset pita ditengah gempuran musik digital saat ini. Tidak terlihat kerisauan pada raut mukanya terhadap tren musik yang bergeser ke arah digital,  karena masih ada pelanggan-pelanggan setia yang berdatangan.

Saat ditemui, Bang Untung dengan sabar melayani seorang diri pelanggan yang datang sesekali. Tidak ketinggalan dentuman suara musik yang terus diperdengarkan silih berganti sesuai dengan pesanan pelanggan mulai dari musik pop, rock, dangdut, hingga campursari.

Disitu kaset pita jadul disusun dengan rapi mulai dari penyanyi Indonesia sampai penyanyi luar negeri. Koleksi kaset pita yang dimiliki Bang Untung diperkirakan berjumlah ribuan kaset. Saking banyaknya koleksi kaset pita yang dimiliki, sampai-sampai Bang Untung enggan untuk menghitungnya.

Diantara banyaknya koleksi, kaset Guruh Soekarno menjadi kaset pita paling mahal yang dimilikinya. “Kalau paling mahal ada Guruh Soekarno yang harganya sekitar Rp 1 jutaan,” tutur Bang Untung  (07/12).
 
Jejeran kaset pita yang terpampang di toko legendaris itu dibanderol dengan harga yang beragam. Untuk kaset-kaset dari penyanyi luar negeri dijual mulai dari harga Rp 70 ribu. Sedangkan, untuk kaset-kaset dari penyanyi Indonesia dijual mulai dari Rp 30 ribu sampai Rp 100 ribu.

Penjualan yang tidak menentu setiap harinya tidak membuat Bang Untung patah semangat untuk terus membuka tokonya dan melayani pelanggan. Bagi Bang Untung, saat ini dapat dibilang penjualan kaset pita mengalami lonjakan besar dibanding saat pandemi.

“Sekarang saya bisa dapat sekitar Rp 7 jutaan cuman dalam 10 hari. Kadang saya bisa dapat sekitar Rp 5 jutaan dalam 4 hari aja kalau weekend. Beda sama sebelumnya, waktu masih pandemi, kadang dalam sehari tidak ada penjualan,” ucap Bang Untung.
 
Pandemi saat itu memang menjadi tantangan terbesar bagi Bang Untung sampai ia harus berpindah-pindah tempat. Namun dengan buah kesabaran, Bang Untung dapat memperoleh apa yang seharusnya menjadi bagiannya.
 
“Sebenarnya sekarang banyak yang beli kaset pita, karena sekarang lagi tren mobil-mobil klasik. Waktu itu ada yang beli sampai 26 kaset, dia beli banyak karena katanya dia baru beli mobil klasik dan tidak mau ganti tape asli bawaan mobilnya,” tutur Bang Untung.

Tren mobil klasik menjadi suatu lonjakan besar bagi para penjual kaset pita. Pelanggan terus berdatangan termasuk Ilham (33) yang saat itu mampir di toko Bang Untung untuk membeli beberapa kaset pita dengan lagu-lagu lawas.

“Saya masih sering beli kaset-kaset jadul kayak gini. Biasanya saya dengarnya lagu-lagu dari Rio Febrian, Ten to Five, atau Kerispatih,” ungkap Ilham.

Pelanggan yang datang tidak hanya dari daerah Jakarta saja, tetapi juga dari beberapa kota di Sumatera seperti Lampung, Riau, dan Medan. “Mereka yang tinggal di luar kota dan sudah jadi langganan saya  biasanya selalu saya kirim koleksi baru lewat Whatsapp supaya mereka bisa terus update dan beli kaset dari saya,” terang Bang Untung.

Kaset pita yang masih eksis disebut-sebut memiliki kelebihan tersendiri. Menurut Bang Untung, kaset pita memiliki nilai sejarah dan memiliki kualitas suara yang tidak dapat digantikan oleh musik digital saat ini.  

Penulis: Debora Caroline
Reporter: Steeven Geraldio
Editor: Hanifa Nurul
Riset Data: Debora Caroline, Steeven Geraldio, Hanifa Nurul, Sultan Adiputra
Fotografer: Sultan Adiputra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun