Pergeseran menarik tengah terjadi dalam dunia smartphone. Layar melengkung yang dulu menjadi ciri khas perangkat premium, kini justru mulai ditinggalkan di segmen high-end. Sebaliknya, fitur ini malah semakin banyak muncul di smartphone kelas menengah.
Belakangan ini, produsen smartphone premium mulai meninggalkan desain layar melengkung. Samsung, yang pertama kali memperkenalkan layar melengkung melalui seri Galaxy S Edge, kini mengakhiri era tersebut dengan menghadirkan S24 Ultra berlayar datar. Ini menunjukkan perubahan selera konsumen premium yang lebih mementingkan sisi praktis seperti kemudahan memasang pelindung layar dan penggunaan yang lebih nyaman.
Sebaliknya, smartphone kelas menengah justru mulai banyak menggunakan layar melengkung. Biaya produksi yang ternyata cukup terjangkau, seperti komponen layar curved untuk Itel S23+ yang hanya sekitar 650 ribu rupiah, membuat produsen mid-range bisa menerapkan fitur ini. Infinix Zero 30 yang dijual seharga 2,6 juta rupiah dan Itel S23+ seharga 2 juta rupiah menjadi bukti nyata bahwa teknologi ini kini lebih mudah diakses.
Produsen high-end saat ini lebih fokus meningkatkan teknologi dan fitur baru. Mereka mengutamakan pengembangan kamera yang lebih baik, prosesor yang baik, dan fitur AI yang lebih canggih. Layar datar dinilai lebih mendukung tujuan ini, terutama untuk penggunaan produktif dan gaming.
Beberapa masalah praktis dengan layar curved, seperti sentuhan yang tidak disengaja di sisi layar dan ketahanan terhadap benturan, menjadi alasan produsen premium beralih ke layar datar.
Menariknya, layar curved kini tidak lagi dianggap mewah seperti dulu. Ketika teknologi ini menjadi umum dan tersedia di smartphone menengah, daya tariknya sebagai fitur premium mulai berkurang. Ini menunjukkan bahwa nilai sebuah fitur tidak selalu terkait dengan harganya, tetapi lebih pada manfaat nyata yang diberikan.
Perubahan tren ini menggambarkan pasar yang terus berkembang. Fitur yang dulunya khusus untuk perangkat mahal kini menjadi lebih terjangkau, mendorong produsen high-end untuk berinovasi di bidang lain. Sementara itu, brand mid-range memanfaatkan teknologi ini untuk memberikan nilai tambah, menunjukkan bahwa arti "premium" dalam industri smartphone terus berubah di tengah persaingan yang ketat.
Ke depannya, tren ini tampaknya akan berlanjut dengan makin banyak fitur premium yang hadir di segmen menengah. Hal ini akan terus mendorong inovasi di segmen premium untuk menciptakan pembeda baru yang berarti bagi konsumen mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H