Mohon tunggu...
RSID
RSID Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Layar Melengkung di Smartphone: Dari Premium ke Mid-Range

8 Oktober 2024   00:00 Diperbarui: 2 November 2024   15:12 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan, kita melihat perubahan menarik dalam tren desain smartphone. Layar melengkung yang dulunya menjadi ciri khas perangkat premium, kini justru mulai ditinggalkan di segmen high-end. Sebaliknya, fitur ini malah semakin banyak diadopsi oleh smartphone kelas menengah. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: apa yang mendorong perubahan ini?

Konsumen perangkat high-end ternyata mulai menunjukkan preferensi terhadap layar datar. Mereka lebih menghargai aspek praktis seperti kemudahan pemasangan pelindung layar dan penggunaan yang lebih nyaman. Samsung, sebagai contoh, telah mengambil langkah berani dengan menghentikan tradisi layar curved pada seri S mereka. S24 Ultra kembali menggunakan layar datar, mengakhiri era layar melengkung yang sudah ada sejak S6 Edge.

Di sisi lain, produsen smartphone mid-range kini mampu memproduksi layar curved dengan biaya yang lebih terjangkau. Hal ini memungkinkan mereka menawarkan fitur yang dulunya eksklusif untuk perangkat premium. Contohnya, Infinix Zero 30 yang dibanderol 2,6 juta rupiah dan Itel S23+ yang harganya 2 juta rupiah, keduanya hadir dengan layar curved.

Produsen high-end kini lebih fokus pada peningkatan fungsionalitas dan kinerja, seperti kamera yang lebih baik, prosesor yang lebih kuat, dan fitur AI yang lebih canggih. Layar datar dianggap lebih mendukung tujuan ini, terutama untuk penggunaan produktif dan gaming.

Masalah praktikal dengan layar curved, seperti sensitivitas sentuhan yang tidak diinginkan di sisi layar, menjadi alasan produsen high-end untuk beralih ke layar datar. Konsumen premium cenderung lebih kritis terhadap masalah-masalah ini.

Yang menarik, layar curved sepertinya sudah kehilangan posisinya sebagai simbol kemewahan. Ketika teknologi ini menjadi lebih umum dan tersedia di smartphone mid-range, daya tariknya sebagai fitur premium mulai memudar.

Pergeseran tren ini mencerminkan dinamika pasar yang terus berubah. Fitur yang dulunya dianggap mewah kini menjadi standar, mendorong produsen high-end seperti Samsung untuk kembali ke layar datar dan berinovasi dalam aspek lain. Sementara itu, brand mid-range seperti Infinix dan Itel justru mengadopsi teknologi ini untuk memberikan nilai tambah, menunjukkan bahwa definisi "premium" dalam industri smartphone terus berkembang di tengah pasar yang sangat kompetitif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun