Jangan jadikan cinta makhluk sebagai patokan kebahagiaan hidupmu di dunia akhirat, hanya cinta kepada Tuhanmulah kebahagaiaan yang sejati dunia akhirat.
Aku tahu lika-liku cintamu. Jodohmu bukan cintamu. Seakan ingin mengembalikan waktu saat-saat kau menerima dia untuk melamarmu, tetapi  semua berjalan layaknya misteri. Kau tak pernah tahu, jika jodoh memang tidak bisa ditolak. Cepat atau lambat pasti akan bersatu
Pertikain kecil menjelang akad menjadi ujian. Selalu ada perbedaan yang adakalanya tidak mudah menemukan pemersatuan. Bahkan dia sempat kali membohongimu. Sungguh kecewa hatimu. Terlintas dalam benakmu bahwa katanya jodoh ialah cerminan diri, tetapi kenapa dia berbeda denganmu.Â
Aku belum sebegitu paham makna perkataan ini. Yang kupaham  jodoh tak mungkin salah, jodoh ialah manusia istimewa yang ditakdirkan Tuhan untuk melengkapi, menemani, membersamai langkah kita di dunia hingga akhirat. InsyaaAllah, aamiin.Â
Perkataanku ini cukup menenangkanmu, selebihnya kuserahkan kepadamu karena kau yang menjalani, kuselipkan kau dalam bait-bait doaku selalu. Kuharap kepada Tuhan agar kehidupan barumu mendapat keberkahan.
Aku termangu menatap jarum jam yang tak pernah berhenti berdetik. Kapan berhenti?. Pasti akan berhenti, tetapi perihal kapankah berhenti tidak ada seorang pun yang mengetahui. Ketika aku melalui hari demi hari.Â
Aku merasa bahwa hari begitu cepat berlalu tanpa sempat aku menikmati, ujung-ujungnya sudah bertambah usiaku, sudah memasuki bulan puasa, sudah hari raya lagi, terus saja begitu. Cepat sekali berganti tahun. Setiap tahun ada yang datang pun ada yang pergi, ada yang terbaharukan, ada yang tertinggalkan, ada bencana dan kejadian-kejadian yang tak pernah kuketahui.
Begitu pula waktu membawa kau menemuiku. Empat tahun telah kita lalui dan ternyata cukup empat tahun Tuhan menghadirkan kau dihidupku, mengajari aku, menemani aku, mengajak aku kepada kebaikan dan kebenaran, menjadi sahabat yang membuatku nyaman bercerita. Kita berpisah karena kau telah dipingit seorang lelaki dan kau harus tinggal bersamanya. Aku tidak lagi berharap kau bisa menyempatkan waktu untuk bersamaku seperti empat tahun yang kita lalui, kau akan sibuk dengan kehidupan barumu, keluarga kecilmu.
Maafkan keluh akan kesedihanku yang memberatkan langkahmu. Aku telah kehilangan sosok yang menunjukkan jalan kepada Tuhan. Tidak ada seorang sahabat yang istimewa kecuali sahabat yang membawa diri kepada ketaatan. Maka dari itu, aku begitu kehilangan kau.
Terimakasih kuucap dari hatiku yang terdalam. Semoga kita jumpa di akhirat, berkumpul kembali di tempat yang abadi penuh dengan kesenangan yang pasti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H