Mohon tunggu...
Rumi Silitonga
Rumi Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Teacher and Writer

Menulis itu fun, gak bayar dan bisa mengekspresikan isi hati lewat tulisan bahkan 'isi hati' lingkungan di mana pun saya berada. writing will calm your mind n attitude

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pulau Lengkuas yang Membekas

9 Agustus 2017   16:45 Diperbarui: 9 Agustus 2017   17:18 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dok.pribadi

Segera saya bawa ke dalam air dan lihatlah puluhan ikan segera merapat mendekat. Auchh...dua kali saya digigit ikan, bukan sakitnya tapi kagetnya.... Baru kali ini digigit ikan dan baru kali ini pula saya berhasil memegang ikan yang tengah asik berkeliaran di laut. Selesai dengan urusan ikan, auww...kali ini bukan lagi ikan, tapi kaki kanan saya terkena karang. Mencoba santai, tak tampak ada darah atau perih, maka terus saja saya  menjelajah. Pas naik ke kapal barulah terasa perih. Darah segar yang sebelumnya tertahan asinnya air laut pun mulai keluar. Perihnya lumayanlah- sudah luka pula kena air asin.

Tak berapa lama kapal pun merapat ke daratan yang tak seberapa luas. Dari kapal tampak mercusuar yang menjulang tinggi. Pungkas dengan makan siang yang sangat mengenyangkan maka terkumpullah energi. Sebaiknya makan siang harus benar-benar santai dan dinikmati sambil duduk di bawah pohon kelapa ditemani ombak. Ingat, 18 lantai yang akan kita naiki telah menunggu.

Memasuki areal mercusuar para pengunjung harus membersihkan diri dari pasir-pasir yang masih tersisa. Tak diijinkan masuk bila badan kita basah dan berpasir sisa dari snorkeling. Tahu kenapa? Jam menunjukkan jam 12 lewat, panasnya itu pooolll....tapi kadung sudah di Pulau Lengkuaa, sayang jika membuang kesempatan untuk tak 'menaklukkan' mercusuar.

Meski panas, tetap saja semangat, tetapi bagi yang pusing karena suhu  panas yang ekstrim sebaiknya istirahat saja. Mercusuar yang dibangun sejak tahun 1882 ini terdiri dari ratusan anak tangga yang terbuat dari besi. Untuk sesaat seperti berada di dalam kaleng kerupuk- mungkin itulah sensasinya.
Menaiki anak tangga satu persatu, fuihhh.....lelah sangat. Setiap kami mencoba menyemangati diri sendiri dan teman-teman lainnya. Sesekali kami beristirahat jika melihat jendela terbuka- lumayan anginnya.... Tiap tingkat selalu ada jendela, tapi tak semua jendela terbuka di setiap lantai. Ketinggiannya mencapai 65 meter yang dibagi menjadi 18 tingkat/ lantai dengan 300an anak tangga- kalau gak percaya hitung sendiri saja... Travel agent kece bingits, diatur untuk makam siang lebih dulu baru menaiki mercusuar kemudian. Perut kosong dan ingin ke mercusuar, mungkin hanya mimpi.

"Masih berapa lantai lagi?" pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tak terucap sebab di setiap lantai terpampang angka besar-besar yang menunjukkan di lantai berapa kita saat ini....semuanya harap maklum kalau sudah lelah ya begitu...plus harus sabar sebab anak tangga nya tak lebar, menaiki anak tangga hanya cukup untuk satu orang. Jika ada rombongan dari atas turun, mengalah sedikit untuk mundur- kalau gak ada yang ngalah bisa perang mulut.

"Ayo semangat 7 tangga lagi!" seru teman.. What sudah selelah ini dan lama masih 7 lantai lagi? tanya saya membatin. Lantai ke 8, 9 bla...bla....14....17 dan grrhh....sampai juga. Guys we are the winner! Senang bukan kepalang setibanya di atas. Ruangnya lagi-lagi tak lebar jadi sabar saja untuk bergantian menempati lapak kecil demi pemandangan cantik ke bawah dari ketinggian 65 meter. 

Dari bawah pendangan kita terbatas, tapi di puncak mercusuar ini poolll cakepnya! Pemandangan super ini, kapan lagi dinikmati sekaligus diabadikan. Bebatuan raksasa itu tampak mengecil tapi tetap terlihat kokoh. Angin yang mendinginkan suhu tubuh untuk sesaat juga punya andil membangun suasana sekalingus membuang lelah. Ke kanan, lalu menyapu pemandangan ke kiri, berulang-ulang pun tak bosan. Pantai, lalu laut biru muda berpadu dengan pasir putih nan halus sungguh nampak elok rupawan- bikin gak mau turun dari lantai 18 ini. Upss gak boleh egois, rombongan lain di belakang pun ingin menikmati pemandangan indah ini, jadi gantian ya....

Sstt sudah tahu mengapa harus dalam keadaan bersih masuk ke mercusuar? Siapa yang sudi mengepel dan membersihkan 300an anak tangga secara rutin, manual pula. Cuaappeekk! Karena itu masuklah ke mercusuar dengan keadaan bersih. Hayooo....bubar jalan. Segera kami ke kapal, dasar raja dan ratu selfie, masih juga ada yang berlama-lama, untuk apalagi kalau bukan untuk foto. Adalah  Pulau pasir lokasi selanjutnya, dengan jarak tempuh 30 menit kami pun tiba. Pulau kecil yang murni terdiri dari pasir. Pulau yang sangat kecil. Hanya 10-15  menit sudah cukup puas. 

Ukuran pulau ini tergantung pasang surutnya air- ukuran pulaunya dapat berubah. Sstt di sini banyak bintang laut, kalau ingin berfoto jangan lama-lama, bintang laut pun ingin hidup lama- jadi jangan pisahkan mereka dari habitatnya. Eh Andi dapat bintang laut kecil loh- aseli lucu banget, bintang lautnya- dengan warna kombinasi coklat muda dan tua dengan bercak-bercak putih. 

Surga pelesiran hari itu masih belum tuntas. Mariiii ke Pulau dan Pantai kelayang (artinya walet)- ada walet putih- wallet yang langka- begitu kata tour leader kami. Pulau dan Pantai Kelayang cukup berdekatan. Bermain air pantai sudah biasa, tapi memasuki goa di perairan, hhmm it's gonna be different! Kami harus menyisir pantai sesaat untuk sampai di bibir goa. Kami anti mainstream, melihat jalur masuk utama cukup disesaki pengunjung kami memilih jalan masuk lewat pintu keluar- mengubah arus.
Di Batu Berlayar sudah cukup menantang keberanian, kali ini lebih menantang dan lebih curam- sejujurnya. Tarik nafas dalam-dalam. Lompat, kali ini batu-batunya terbilang tajam, tapi jangan takut biasanya kalau sudah begini akan saling tolong menolong. Loncat ke depan, langsung ambil kiri, jangan berhenti langsung loncat dan bertumpu ke kanan. Ada kalanya harus melompat ke bawah. 

Kering, basah, kering lagi- demikian kira-kira gambaran medannya. Kami pun tiba di tengah goa. Seperti beberapa batuan besar saling berdekatan membentuk ruang mirip goa. Di tengahnya, air segar yang menggenang. Menariknya ada dua batu sangat besar di mana masing-masing memiliki 3 warna - merah, hijau dan oranye. Ini beneran keren dan wow, benar-benar takjub melihatnya. Unlucky us gak ada walet putihnya, tapi sangat terbayar dengan cerita seru dan juga haru. Amjat-maaf kalau salah penulisan nama- kehilangan HPnya. Keasikan foto justru memakan korban, kami turut prihatin ya...Harga yang mahal untuk foto- satu HP cuiy....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun