Sejak awal kemunculan media sosial facebook, angka pengguna aktif media sosial meroket. Beberapa waktu kemudian muncul media sosial lain seperti twitter, instagram, hingga yang masih hangat menjadi tren saat ini adalah tiktok.Â
Pengguna media sosial pun kian berkembang. Mulai dari yang sebelumnya hanya sebagai pengguna biasa, ada yang berkembang menjadi seorang figur publik atau influencer. Saat ini sudah ada banyak sekali influencer di media sosial.Â
Di instagram ada istilah selebgram. Di twitter ada selebtweet. Di tiktok ada istilah selebtiktok. Sebutan-sebutan tersebut disematkan kepada mereka yang memiliki jumlah pengikut yang banyak serta memiliki pengaruh dalam opini publik.Â
Setiap influencer memiliki gayanya masing-masing. Ada yang jalan saja karena memiliki popularitas. Ada pula yang secara khusus menekuni satu tema, sepertu busana, kecantikan, gaya hidup, teknologi, dan lain sebagainya.Â
Karena memiliki pengaruh terhadap opini publik, influencer sering dituntut untuk memikul tanggung jawab dalam produksi kontennya di media sosial. Bahkan dalam kehidupan di luar media sosial juga harus berperilaku baik. Semua karena beban tanggung jawab dari sematan kata influencer.Â
Di lain kasus, ada pula mereka yang mendapat predikat sebagai influencer tanpa mereka inginkan. Hal ini menjadi taken for granted, atau didapatkan tanpa pernah diminta.Â
Mendapat predikat taken for granted influencer merupakan beban yang dirasakan bagi kebanyakan orang. Secara tak langsung mereka juga dibebankan tanggung jawab dalam berperilaku yang bertanggung jawab. Sangat berbeda dengan mereka yang menjadi influencer memang dengan niatan menjadi influencer.Â
Orang-orang yang menyandang status taken for granted influencer biasanya adalah mereka yang viral tanpa mereka harapkan untuk demikian. Entah itu dikarenakan ada konten atau postingan mereka yang disorot kencang oleh publik. Hal seperti ini membuat traffic pengikut mereka naik dalam skala yang besar.Â
Namun, publik lebih bersikap tak mau tahu dengan status taken for granted influencer ini. Publik tetap menuntut mereka untuk menjadi apa yang publik mau/harapkan. Mereka tetap dibebankan tanggung jawab yang sama berat dengan mereka yang secara sadar dan niat menjadi seorang influencer.Â
Dengan sangat berat hati, seorang taken for granted influencer tidak lagi bisa beraktivitas di media sosialnya secara bebas, karena khawatir dengan reaksi publik dari setiap apa yang dilakukan oleh mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H