Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gonjang Ganjing iPhone16, Siapa Yang Akan Bertekuk Lutut?

12 Januari 2025   09:04 Diperbarui: 12 Januari 2025   09:13 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendiskusikan pelaragan penjualan  iPhone16 memang sangat menarik sekaligus kompleks. Di lapangan  Apple sebagai saah satu produsen terkemuka dunia  memang melatih tenaga terdidik dari Indonesia dalam hal pengembangan aplikasi dan lainnya, namun anehnya  Apple tidak memiliki pabrik di Indonesia.

Kegagalan negosiasi petinggi Apple dengan pemerintah Indonesia terkait  rencana pembangunan pabrik AirTag di Batam yang direncanakan akan beroperasi di tahun 2026 dengan proyeksi akan mensuplai 65% produk AirTag dunia mencerminkan tidak ada titik temu yang dapat dinegosiasikan sampai saat ini.

Anomali

Sejak tahun 2018 walaupun pangsa pasarnya kecil yaitu hanya mencapai 2% dari total pangsa smartphone, Apple tetap dapat melenggang dengan cara cerdik  dengan cara mendanai perguruan tinggi untuk mengembangkan  aplikasinya yang dianggap sebagai salah satu bentuk investasi nyatanya di Indonesia. Juga tidak dapat dipungkiri di lapangan tepatnya di Bali sebagai Lokasi keempatnya di Indonesia,  Apple Developer Academy  menurut catatan telah menggelontorkan dana yang tidak sedikit yaitu mencapai 1,6 trilyun rupiah.

Namun tampaknya investasi Apple dalam bentuk pengembangan ini dianggap tidak cukup oleh pemerintah Indonesia. Hal ini tercermin dari pernyataan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang membandingkan investasi Apple yang jauh lebih besar di Vietnam dan Thailand.

Dari sisi usaha kebijakan yang dilakukan oleh Apple untuk belum mendirikan pabriknya di Indonesia dengan mengikuti aturan Indonesia dengan menggunakan kandungan lokal 40% sangat dapat dimengerti.

Hal lain yang juga menarik adalah walaupun produk Apple di jual di Indonesia, namun raksasa telnologi ini tidak memiliki pabrik di Indonesia dan juga tidak ada toko Resmi Apple di Indonesia.

Dari peta pangsa pasar Apple hanya menguaai 2% pasar smartphone di Indonesia di tengah tengah dominasi produk smartphone dari Tiongkok dan juga oleh raksasa Korea Selatan Samsung. 

Disamping pangsa pasar,  kerumitan masalah aturan dalam melakukan investasi tampaknya juga menjadi pertimbangan Apple yang lebih memilik Thailand dan Vietnam yang iklim investasinya lebih kondusif.

Selama ini Apple walaupun pangsa pasarnya hanya 2% namun produk IPhone nya menguasai segmen khusus, yaitu segmen premium.  Artinya dari sisi konsistensi penjualan akan lebih stabil dan terjamin. Hal ini tercermin dari data penjualan IPhone di Indonesia yang sudah meraih pejualan terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Pihak Apple tentunya  sangat  faham  bahwa Indonesia tidak dapat diabaikan begitu saja karena jika seandainya pemerintah Indonesia tidak melarang penjualan iPhone 16 maka pangsa pasar iPhone di Indonesia akan menjadi yang terbesar di tahun 2024 lalu. Oleh sebab itu dapat dimengerti petinggi Aplle masih mencari celah untuk melakukan negosiasi dengan Indonesia agar pelarangan pemasaran iPhone16 ini dapat dicabut.

Sementara  atas  dasar aturan yang ada,  pemerintah  tetap bersikeras melarang penjualan iPhone16 yang dianggap tidak memenuhi aturan walaupun pihak Apple telah menjanjikan investasi senilai US$1 milyar untuk membangun pabriknya. Pemerintah Indonesia tampaknya belum mau mencabut larangan penjualan iPhone16 ini karena investasi sebesar itu dianggap masih belum memadai.

Perlu Hati Hati

Sikap keras Indonesia ini dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi menegakkan aturan itu memang  perlu jika dilakukan secara konsisten, namun di sisi lain sikap ini dapat dinilai  oleh para investor internasional sebagai upaya menghalangi investasi asing dan menimbulkan efek domino yang dapat memicu perusahaan multinasional untuk mencari negara lain yang iklim investasinya lebih kondusif.

Dengan aturan yang ada utamanya terkait kandungan lokal, maka pelarangan penjualan IPhone 16 ini tentunya harus diikuti dengan pelarangan penjualan produk lainnya seperti perangkat Google Pixel dan produk lainnya yang tentunya akan menimbulkan kehebokan yang lebih besar lagi.

Indonesia dengan penduduk mencapai 280 juta jiwa dengan porsi populasi generasi muda yang menggiurkan memang merupakan pangsa pasar dan Impian setaip produsen smartphone.  Jadi tidak heran jika perusahaan ternama dunia bertarung di di Indonesia untuk mendapatkan pangsa pangsa yang memadai.

Bagi pemerintah Indonesia kegagalan negosiasi  minggu lalu tersebut dapat dianggap sebagai sinyal untuk melakukan renegosiasi  kembali agar cita cita untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekosistem digital dapat terealisasi. Namun dalam melakukan renegosiasi ini  diperlukan kehati hatian agar Indonesia   tidak terjebak dan dicap sebagai negara proteksionis yang akan berdampak buruk pada investasi asing yang sudah ada dan juga yang akan masuk ke Indonesia.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sikap keras Indonesia harus diimbangi dengan pertimbangan komprehensif utamanya dari pesaing negeri tetangga yang iklim investasinya lebih kondusif jika tinak mau  kehilangan makna dalam menegakkan aturan yang  belum tentu dapat dipenuhi sepenuhnya oleh rakasa teknologi seperti Apple.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun