Pekerjaan para peneliti ini dalam merekonstruksi genom Tasmanian Tiger tidaklah mudah karena mereka harus menangani RNA yang jauh tidak stabil jika dibandingkan dengan DNA.Â
Perlu diketahui bahwa RNA bervariasi dalam berbagai jenis jaringan dan berisi informasi pembacaan gen aktif yang dibutuhkan agar jaringan tertentu berfungsi. Hal ini berarti bahwa para peneliti dapat memperoleh informasi yang terkait dengan organ hewan yang nantinya akan memberikan gambaran yang sebenarnya bagaimana  indra perasa dan indra penglihatan dan juga bagaimana otak Tasmanian tiger ini  berfungsi.
Di samping itu sebagai perbandingan para peneliti ini juga akan mengambil sel punca dari kerabat Tasmanian Tiger yang masih hidup yang memiliki DNA yang mirip dengan satwa luar yang sudah punah ini untuk melakukan pengeditan gennya sebagai acuan untuk memprediksi sel yang dimiliki oleh Tasmanian Tiger.
Setelah rekonstruksi genom ini selesai, langkah selanjutnya yang akan dilakukan para peneliti ini adalah mengembangkan teknologi reproduksi buatan dengan cara menginduksi ovulasi pada marsupial dan malakukan fertilisasi embrio sel tunggal dan selanjutkan mengembangkannya pada rahim buatan.Â
Diperkirakan para peneliti ini akan berhasil "menghidupkan" kembali Tasmanian tiger yang sudah punah ini sekitar 3-5 tahun ke depan. Namun tentu saja apa yang akan dihasilkan para peneliti ini belum tentu sama persis dengan Tasmanian Tiger yang telah-telah.
Keberhasilan kelompok peneliti internasional ini akan menjadi tonggak baru dalam sejarah ilmu pengetahuan sekaligus membuka lebar pintu untuk menghidupkan kembali satwa liar lainnya yang sudah punah.
Jika upaya untuk "menghidupkan" Tasmanian Tiger ini berhasil dan dilepaskan di alam perlu dipertimbangkan dengan matang dampaknya terhadap ekosistem karena tingkah lakunya dan kebaradaannya di alam belum dapat diprediksi dampak posistif dan negatifnya.
Oleh sebab itu, perlu dipikirkan secara cermat bahwa menghidupkan kembali satwa liar yang sudah punah tidak saja menyangkut tantangan genetik dan reproduksi saja namun juga merupakan tantangan ekologi jika nantinya satwa liar yang dihidupkan kembali ini dilepas-liarkan di alam. Di samping itu tentunya perlu dilakukan upaya pelestarian secara sistematis agar satwa langka yang saat ini masih hidup dan terancam punah ini tidak punah.
Tujukan: satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H