Pagi itu udara dingin dan berkabut tidak menyurutkan minat para penggemar kopi untuk berkunjung ke warung kopi satu satunya di ujung jalan desa. Â Warung ini memang favorit karena disamping harga murah meriah, bisa ngutang kalau lagi tanggal tua.
Warung kopi ini memang jauh dari mewah, dengan lantai tanah dan bangku panjang kayu menambah kenikmatan tersendiri bagi pengunjungnya.
Tidak terkecuali Ujang  dan Mamat yang merupakan pengunjung setia dengan sarungnya yang khas duduk di bangku kayu panjang sambil mengangkat satu kakinya  menikmati kopi panas dan pisang goreng yang baru saja diangkat dari penggorengan. Sambil menikmati hidangan yang sederhana  tapi membuat mereka ketagihan  ini,  mereka mulai ngobrol ngalor ngidul.
Kedua sahabat kental ini memang hobi mendiskusikan politik dan berbagai masalah bangsa, sehingga keduanya dikenal  sebagai pengamat politik amatir di desanya.
Pagi ini mereka berdua terlihat sangat serius membicarakan kesejahteraan polisi sebagai abdi negara yang seharusnya mendapatkan gaji yang cukup agar dapat berkonsentrasi pada pekerjaan tanpa terpecah perhatiannya memikirkan masalah keuangan rumah tangga.
Mamat : "Jang tadi malam aku melihat dan mendengar berita di TV kalau kesejahteraan Polisi masih belum sesuai harapan apalagi di wilayah yang terpencil"
Ujang : " ah gak benar itu Mat, kan sekarang ini kesejahteraan polisi sudah jauh lebih baik Mat"
Mamat : " iya bener Jang, saking prihatinnya Kepala Polisi  di salah satu wilayah terpencil katanya kalau upacara tidak pakai sepatu"
Ujang  :' ah  yang bener saja Mat, di daerah mana itu  Mat?"
Mamat : " pokoknya di salah satu wilayah terpencil"