Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pelajaran Berharga Terpuruknya Industri Teh Sri Lanka

15 September 2024   21:14 Diperbarui: 16 September 2024   06:57 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanaman teh mulai masuk ke Sri Lanka di tahun 1820 an ketika negara ini dibawah kekuasaan kolonial Inggris, dan mengalami perkembangan yang sangat pesat menjadikan negara ini tercatat sebagai negara pengekspor terbesar dunia di tahun 1960 an.

Teh Sri Lanka dikenal dunia sebagai teh premium dengan rasa dan aroma yang khas karena diproduksi di dataran tinggi ini akhirnya memperoleh reputasi internasional pada 1962 dan menjadikan Sri Lanka sebagai pengekspor teh terbesar di dunia.

Di awal era pengembangan perkebunan teh ini pemerintah kolonial Inggris mengalami masalah karena penduduk setempat Sinhala maupun orang Tamil di Jaffna utara tidak bersedia melakukan pekerjaan berat memetik teh.

Kondisi ini membuat pemerintah Inggris mendatangkan orang Tamil dari India yang bekerja dengan upah kecil atau tanpa upah sebagai imbalan atas perjalanan mereka ke Sri Lanka.

Kombinasi pekerjaan yang sangat berat dengan upah yang rendah ini membuat pekerja teh seperti layaknya budak. Para pemetik teh diharuskan memanen 18 kilogram daun teh hijau setiap hari untuk mendapatkan upah minimum, yang meningkat 70 persen dari Rp 50.000 menjadi Rp 85.000 per hari.

Dengan semakin memburuknya perekonomian Sri Lanka kenaikan upah yang ditetapkan oleh pemerintah ini memuat pengusaha tertekan karena meningkatnya biaya produksi. Krisis keuangan yang sedang berlangsung membuat petani harus membayar lebih untuk bahan bakar dan listrik.

Saat ini Perkebunan teh di Sri Lanka mengalami penurunan produktivitas akibat rendahnya tingkat penggunaan teknologi baru, pertumbuhan produksi yang lambat, meningkatnya kelangkaan tenaga kerja, serta rendahnya keterampilan pekerja telah mengakibatkan rendahnya produktivitas.

Masalah kompleks yang sedang menimpa perkebunan teh di Sri Lanka ini jika dibiarkan tanpa solusi akan semakin memburuk dan bukan tidak mungkin dalam waktu yang tidak terlalu lamau, reputasi negara ini sebagai pengekspor teh terbesar dunia akan tergeser dan di saat yang bersamaan perekonomian Sri Lanka akan semakin memburuk.

Semoga apa yang terjadi di Sri Lanka ini dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi industri teh Indonesia,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun