Akibat keterbatasan produksi vaksin ini menyebabkan harga vaksin mencapai US$200 per dosis yang jelas sangat tidak terjangkau bagi sebagian besar negara miskin dan negara berkembang dan ironisnya sebagain besar produksi vaksin ini justru dikirim ke Amerika dan negara kaya lainnya.
Dalam situasi seperti ini tidak dapat dihindari munculnya tuduhan bahwa perusahaan yang memperoduksi vaksin cacat monyet mengekslpoitasi wabah ini dengan tujuan meraih keuntungan sebesar-besarnya karena mereka memegang lisensi teknologi untuk memproduksi vaksin cacar monyet.
Saat ini negera-negara maju memiliki vaksin cacar monyet dalam jumlah besar untuk melindungi warganya. Kapitalisme vaksin cacat monyet inilah yang menyebabkan wabah cacar monyet menyebar dengan cepat terutama di negara negara miskin dan juga di negara berkembang.
Cara kerja ekonomi global yang menempatkan nilai kemanusiaan yang jauh lebih rendah nilai ekonomi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya menyebabkan ketimpangan yang luar biasa dalam kasus wabah cacar monyet ini dimana negara miskin dibiarkan menderika akibat wabah ini.
Saat ini dengan penyebaran cacar monyet yang sangat cepat sekaligus mematikan, dunia memiliki waktu yang sangat terbatas untuk mencegah penyebarannya. Jika upaya mencegah penyebaran wabah ini terlambat dilakukan maka bukan tidak mungkin wabah cacar monyet yang kembali menjadi epidemi yang menghantui dunia. Ketika hal ini terjadi maka tidak ada orang yang dapat mengklaim bahwa dirinya aman dari epidemi cacar monyet yang mematikan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H