Siapa yang tidak kenal dengan pabrikan otomotif Volkswagen (VW)? Pabrikan yang didirikan ditahun 1936 ini produknya sudah menjadi ikon dunia dan produknya juga merajai dunia utamanya di Eropa. Selama hampir 87 tahun produk otomotif VW melang melintang di dunia dan menjadi kebanggaan Jerman.
Ketika terjadi gelombang serbuan mobil Jepang, VW walaupun goyah tetap dapat bertahan dengan mengandalkan unsur keselamatan dan kecanggihan teknologinya.Â
Namun kini gelombang serbuan mobil Korea dan Tiongkok terjadi lagi. Kali ini WV tidak dapat bertahan karena keamanan dan kecanggihan mobil yang diproduksinya harganya tidak dapat lagi bersaing apalagi dalam hal mobil Listrik.
Kombinasi lesunya pasaran otomotif dan serbuan mobil listrik Tiongkok yang harganya jauh lebih murah benar benar menjadi senjata pamungkas yang mematikan VW, karena saat ini perkembangan teknologi otomotifnya tidak lagi dapat membendung serbuan mobil Tiongkok dan Korea yang dengan teknologi yang sama bahkan lebih canggih namun harganya jauh lebih murah.
Tanda tanda kematian VW di kandang sendiri dalam beberapa hari ini menjadi pembicaraan karena dalam waktu dekat akan menutup pabriknya di Jerman dan sekaligus akan mengancam 120 ribu orang pekerjanya.
Apa Sebenarnya yang Terjadi?
Pengumuman Volkswagen pada tanggal 2 September2024 yang menyatakan bahwa mereka mempertimbangkan untuk menutup pabrik di Jerman merupakan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 87 tahun sejarah produsen mobil Jerman tersebut. Penutupan pabrik seperti itu sebelumnya dianggap mustahil terjadi  bagi perusahaan yang berkantor pusat di Wolfsburg tersebut.
Perusahaan otomotif dengan  680.000 karyawan di seluruh dunia sedang dalam keadaan kritis karena pihak manajemen  dengan terpaksa menghentikan program jaminan kerja yang telah berlaku sejak tahun 1994 dan mencegah pemutusan hubungan kerja hingga tahun 2029.
Gunjang ganjing yang melanda VW ini dapat dipandang sebagai paradigma baru karena struktur pemegang sahamnya selalu menjadi perusahaan yang dikendalikan oleh negara dan keluarga Porsche. Negara bagian Niedersachsen masih memegang seperlima saham perusahaan dan kursi tetap di dewan pengawas. Jadi dalam hal ini mengamankan pekerjaan dan eksistensi pabrik selalu dipandang sebagai masalah kepentingan negara.
Agar dapat bertahan VW memang telah memangkas program penghematan sebesar US$11,06 milyar  sampai tahun 2026, namun dengan angka sebesar inipun agar dapat bertahan VW harus melakukan penghematan dalam jauh  besar lagi.
Jika dianalisa lebih dalam lagi ternyata pasar otomotif Eropa berada dalam situasi yang sangat serius sekaligus menantang karena daya saing mobil produksi Jerman tertinggal dibandingkan dengan saingannya utamanya dari Asia.
Kombinasi inefisiensi dan daya saing ini membuat VW tidak saja harus melakukan rekonstuksi secara menyeluruh terhadap 10 merek mobil yang diproduksinya, namun juga harus melakukan PHK melalui skema pensiun dini dan paket pesangon juga tidak lagi memadai.
Seperti yang diuraikan sebelumnya VW tidak pernah terlepas dari Jerman, oleh sebab itu jika VW akan melakukan PHK terhadap 120.000 pekerjanya, hal ini dianggap juga sebagai keterpurukan perekonomian Jerman.
Hal lain yang paling ditakutkan Jerman adalah ada kemungkinan perusahaan otomotif ternama ini diambil alih oleh Tiongkok. Jika hal ini terjadi era keemasan dunia otomotif Jerman sudah berakhir seperti halnya ketika Australia menutup perusahaan otomotif kebanggaannya yang bernama Holden dengan permsalahan yang hampir sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H