Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kasus Pemerkosaan Shiori Ito yang Mengubah Hukum Jepang

3 September 2024   09:00 Diperbarui: 3 September 2024   09:04 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah tragis  ini bermula ketika di tahun 2015 lalu Shiori Ito yang berprofesi sebagai jurnalis mendatangi kantor polisi dan melaporkan kejadian pemerkosaan terhadap dirinya oleh  penyiar TV ternama.di Jepang.

Didasari atas  fenomena di Jepang bahwa sering kali laporan terkait pemerkosaan hanya sedikit sekali ditindaklanjuti oleh polisi dengan alasan bukti yang tidak mendukung, dirinya merekam percakapan dengan penyidik yang pada intinya menyatakan bahwa apa yang anda laporkan ini sudah umum terjadi dan tidak mudah untuk menyelidiki dan menindaklanjuti kasus sepert ini.

Namun demikian diluar dugaan Ito ternyata ternyata polisi akhirnya  menyerahkan dokumen hasil penyidikannya  dan bukti ke  Kantor Kejaksaan Umum Distrik Tokyo.

Hal yang membuat Ito patah arang adalah setelah di tingkat kejaksaan,  jaksa membatalkan kasus laporan pemerkosaan ini dengan alasan tidak cukup bukti. Pihak kejaksaan memutuskan bahwa kasus tersebut tidak sesuai dengan definisi pemerkosaan sebagai "hubungan seksual yang dipaksakan" menurut hukum pidana Jepang saat itu. Kenyataan yang diterima Ito ini tentu saja sangat menyakitkan dan kelak nantinya akan merubah  hidupnya.

Celah Hukum

Celah hukum di Jepang ini telah memakan korban banyak wanita dalam berbagai bentuk kekerasan seksual termasuk didalamnya kasus pemerkosaan. Salah satu kata kunci yang harus dapat dibuktikan agar kasus kekesaran seksual ini dibawa kepengadilan adalah tindakan kekerasan seksual ini harus berbasis bahwa korban tidak dapat melawan.

Oleh sebab itu korban pemerkosaan harus dapat membuktikan bahwa kekerasan seksual itu benar terjadi dan membuat dirinya tidak dapat melawan. Pembuktian seperti ini tentu saja sangat sulit untuk dilakukan karena kasus pemerkosaan biasanya terjadi di ruang tertutup tanpa saksi yang dapat memperkuat bahwa korban tidak dapat melawan. Jadi tidak heran bahwa sebagai besar kasus kekerasan seksual dihentikan dan kandas karena tidak ada pembuktian yang kuat bahwa si korban pasa kodisi tertekan dan terancam sehingga tidak dapat  melawan.

Perjuangan Panjang

Dalam hal memerjuangkan keadilan Ito bukanlah wanita yang lemah.  Hal ini terbukti di tahun 2017 Ito membuka kasus pemerkosaan ini di depan publik dan mengambil jalur hukum perdata terhadap pelaku pemerkosaan.

Bagi seorang wanita korban pemerkosaan membuka jadi diri di depan publik tentunya bukan hal yang mudah dan jarang sekali dilakukan karena korban kekerasan seksual umtumnya memilih untuk diam.

Dalam kasus Ito ini orang yang dituduh melakukan pemerkosaan terhadap dirinya bukanlah orang biasa. Namanya Noriyuki Yamaguchi yang memiliki posisi kepala biro Tokyo Broadcasting System di Washington sekaligus dikenal sebagai  penulis biografi mantan perdana Menteri Jepang  Shinzo Abe.

Apa yang dilakukan oleh Ito ini memang menggemparkan Jepang, karena dirinya merupakan orang pertama yang mengungkapkan identitasnya secara terbuka di depan publik sebagai korban pemerkosaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun