Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kasus Pemerkosaan Shiori Ito yang Mengubah Hukum Jepang

3 September 2024   09:00 Diperbarui: 3 September 2024   09:04 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangis Ito pecah ketika dirinyanya memenangi kasus pemerkosaan yang dialaminya. Photo: AP: Jae C. Hong 

Kisah tragis  ini bermula ketika di tahun 2015 lalu Shiori Ito yang berprofesi sebagai jurnalis mendatangi kantor polisi dan melaporkan kejadian pemerkosaan terhadap dirinya oleh  penyiar TV ternama.di Jepang.

Didasari atas  fenomena di Jepang bahwa sering kali laporan terkait pemerkosaan hanya sedikit sekali ditindaklanjuti oleh polisi dengan alasan bukti yang tidak mendukung, dirinya merekam percakapan dengan penyidik yang pada intinya menyatakan bahwa apa yang anda laporkan ini sudah umum terjadi dan tidak mudah untuk menyelidiki dan menindaklanjuti kasus sepert ini.

Namun demikian diluar dugaan Ito ternyata ternyata polisi akhirnya  menyerahkan dokumen hasil penyidikannya  dan bukti ke  Kantor Kejaksaan Umum Distrik Tokyo.

Hal yang membuat Ito patah arang adalah setelah di tingkat kejaksaan,  jaksa membatalkan kasus laporan pemerkosaan ini dengan alasan tidak cukup bukti. Pihak kejaksaan memutuskan bahwa kasus tersebut tidak sesuai dengan definisi pemerkosaan sebagai "hubungan seksual yang dipaksakan" menurut hukum pidana Jepang saat itu. Kenyataan yang diterima Ito ini tentu saja sangat menyakitkan dan kelak nantinya akan merubah  hidupnya.

Celah Hukum

Celah hukum di Jepang ini telah memakan korban banyak wanita dalam berbagai bentuk kekerasan seksual termasuk didalamnya kasus pemerkosaan. Salah satu kata kunci yang harus dapat dibuktikan agar kasus kekesaran seksual ini dibawa kepengadilan adalah tindakan kekerasan seksual ini harus berbasis bahwa korban tidak dapat melawan.

Oleh sebab itu korban pemerkosaan harus dapat membuktikan bahwa kekerasan seksual itu benar terjadi dan membuat dirinya tidak dapat melawan. Pembuktian seperti ini tentu saja sangat sulit untuk dilakukan karena kasus pemerkosaan biasanya terjadi di ruang tertutup tanpa saksi yang dapat memperkuat bahwa korban tidak dapat melawan. Jadi tidak heran bahwa sebagai besar kasus kekerasan seksual dihentikan dan kandas karena tidak ada pembuktian yang kuat bahwa si korban pasa kodisi tertekan dan terancam sehingga tidak dapat  melawan.

Perjuangan Panjang

Dalam hal memerjuangkan keadilan Ito bukanlah wanita yang lemah.  Hal ini terbukti di tahun 2017 Ito membuka kasus pemerkosaan ini di depan publik dan mengambil jalur hukum perdata terhadap pelaku pemerkosaan.

Bagi seorang wanita korban pemerkosaan membuka jadi diri di depan publik tentunya bukan hal yang mudah dan jarang sekali dilakukan karena korban kekerasan seksual umtumnya memilih untuk diam.

Dalam kasus Ito ini orang yang dituduh melakukan pemerkosaan terhadap dirinya bukanlah orang biasa. Namanya Noriyuki Yamaguchi yang memiliki posisi kepala biro Tokyo Broadcasting System di Washington sekaligus dikenal sebagai  penulis biografi mantan perdana Menteri Jepang  Shinzo Abe.

Apa yang dilakukan oleh Ito ini memang menggemparkan Jepang, karena dirinya merupakan orang pertama yang mengungkapkan identitasnya secara terbuka di depan publik sebagai korban pemerkosaan.

Upaya hukum yang dilakukan oleh Ito ini akhirnya berbuah manis karena setelah melalui proses pengadilan selama 2 tahun akhirnya dirinya memenangkan kasus ini, walaupun pelaku pemerkosaan tepat menyatakan tidak bersalah.

Ito tentunya menyadari tidak banyak wanita jepang korban kekerasan seksual seberani  dirinya dalam memperjuangkan haknya.  Oleh sebab itu di tahun ini Ito membuat film documenter yang berisi kejadian sangat pahit yang menimpa dirinya dan proses panjang yang dilaluinya dalam memperoleh keadilan.

Kasus yang diungkap oleh Ito yang dituangkannya dalam bentuk film dokumentar ini  membuat public Jpeang erhenyak dan menyambut baik kemenangan Ito ini dalam memperjuangkan haknya sekaligus mendapatkan kompensasi ganti rugi.

Dampak negatif pemerkosaan yang menimpa Ito ternyata memang sangat mempengaruhi hidupnya yang tentunya sangat tragis.  Masa masa kelam yang dipenuhi dengan emosi, keraguan, kepedihan dan ketidakpastian ini dituangkan dalam film dokumenter ini yang mulai diputar di berbagai negara,

Ito memang memiliki tekad agar apa yang menimpa dirinya tidak lagi terjadi dan dirinya menginginkan perubahan sosial yang menggerakan para korban kekerasan seksual untuk mengungkapkan kasusnya untuk mencari keadilan.

Merobah Hukum

Dari sisi hukum perjuangan Ito ini jua membuahkan hasil manis ketika Jepang mengubah pasal pasal khusus yang terkait dengan kekerasan seksual ini dan diberlakukan mulai tahun 2023 dengan mendefinisikan ulang pemerkosaan dan menaikkan usia persetujuan hubungan seksual dari umur 13 tahun menjadi 16 tahun.

Perombakan  pasal  yang terkait dengan kekerasan seksual utamanya pemerkosaan ini menjadi tonggak baru dan kemenangan bagi para korban kekerasan seksual, karena definisi yang selama ini berlaku yang terkait dengan pemerkosaan di ubah dari  "hubungan seksual yang dipaksakan" menjadi "hubungan seksual tanpa persetujuan". 

Perubahan hukum ini memiliki implikasi bahwa korban pemerkosaan dan kekerasan seksual tidak perlu mengumumkannya ke publik untuk mencari keadilan seperti yang dilakukan oleh Ito untuk mendapatkan keadilan.

Disamping itu perubahan hukum ini  kemungkinan besar akan semakin banyak korban kekerasan seksual melaporkannya ke polisi karena sebelum perubahan ini hanya 10 % saja korban melaporkannya ke Polisi. Di Polisi tercatat hanya 29 % dari laporan tersebut dicatat dan diproses dan 34% diantaranya tidak pernah dikirim kekejaksaan.

Dalam kenyataan  ternyata kemenangan yang diraih Ito  dalam mencari keadilan ternyata tidak lah diterima dan diapresiasi oleh semua orang di Jepang.  Sampai saat ini dirinya masih mengalami trolling dan diskriminasi karena tindakannya menentang kekerasan seksual. 

Ke depan gerakan yang dilakukan oleh Ito ini diprediksi akan menjadi bola salju gerakan feminis yang mengakar dan tabu dalam mengungkap tindakan kekerasan seksual secara perlahan namun pasti akan berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun