Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Meninggal dalam Kesendirian Fenomena Terkini yang Menghantui Jepang

30 Agustus 2024   08:20 Diperbarui: 30 Agustus 2024   16:35 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa Jepang telah sukses dalam mencapai kemajuan yang luar biasa dalam bidang teknologi, Industri dan perekonomian pasca terpuruk dari Perang Dunia II yang meluluhlantakkan Jepang.

Namun di balik kesuksesan ini Jepang kini mengalami krisis demografi yang ditunjukkan dengan semakin menurunnya laju pertumbuhan penduduknya akibat dari angka kelahiran yang menurun tajam dalam kurun 25 tahun terakhir. Sebagai dampak dari semuanya ini populasi Jepang semakin menua.

Tradisi kumpul keluarga dan menjaga orang tua yang dulunya kental di Jepang secara perlahan namun pasti sudah ditinggalkan oleh generasi muda Jepang akibat tuntutan kerja dan pengembangan karir akibat persaingan yang sangat ketat.

Data terakhir menunjukkan bahwa pada tahun 2024 ini tercatat sebanyak 70 ribu orang Jepang meninggal dalam sendirian dan tren ini diprediksi akan semakin meningkat karena populasi Jepang yang semakin menua.

Kini sudah menjadi pemandangan dan kejadian umum petugas menemukan orang tua yang meninggal selama lebih dari 3 minggu di tempat tinggalnya tanpa ada yang mengetahuinya.

Kita tentunya dapat membayangkan bagaimana perasaan seseorang sebelum meninggal dunia ketika tidak ada orang dan keluarga yang mendampinginya yang berujung pada meninggal dalam kesepian dan kesendirian.

Tren meninggal dalam kesendirian ini memang sedang menghantui Jepang, bahkan dalam kasus ekstrim ada kasus meninggal dalam kesendirian yang baru diketahui petugas 3 tahun setelah meninggal dunia.

Kasus yang menghebohkan ini baru diketahui setelah rekening banknya sudah tidak ada saldo lagi karena setiap bulannya dipotong secara otomatis oleh bank untuk membayar biaya sewa tempat tinggal.

Data yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang mendukung hipotesis bahwa kematian dalam kesendirian ini merupakan fenomena gunung es karena dalam tiga bulan pertama tahun ini saja terdapat hampir 22.000 orang meninggal sendirian dan tidak ditemukan dalam waktu yang lama.

Jika data ini diekstrapolasi maka diperkirakan tahun ini saja terdapat 88 ribu orang meninggal dunia dalam kesendirian. Fenomena yang sangat memilukan ini diprediksi akan semakin memburuk karena saat ini 1 dari 10 orang di Jepang berusia lebih dari 80 tahun.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya fenomena meninggal dalam kesendirian ini bukan semata mata akibat populasi yang semakin menua namun hal ini mencerminkan kondisi masyarakat yang telah kehilangan rasa kebersamaan; tetangga tidak lagi saling menjaga, sementara banyak orang yang memilih untuk mengisolasi diri.

Pemerintah Jepang memang telah mencoba melakukan monitoring keberadaan dan kesehatan penghuni yang sudah menua untuk membantu dan memeriksa kesehatan mereka, namun karena fenomena ini semakin meluas, masih banyak diantaranya yang tinggal sendiri dengan kondisi kesehatan yang tidak baik dan terjebak dalam kecanduan alkohol akibat kesepian.

Dalam kasus seperti ini peran masyarakat menjadi penting karena kontak dengan orang lain membuat seseorang menjadi bagian masyarakat dan tidak merasa kesepian. Dalam kasus orang yang menyendiri dan tidak bersosialisasi dengan tetangga, maka perlung mereka meninggal dalam kesendirian akan semakin besar.

Fenomena meninggal dalam kesendirian ini mencerminkan bahwa sukses yang dicapai Jepang dalam perekonomian berdampak pada perubahan sosial yang berujung keburukan yaitu menghasilkan masyarakat Jepang yang depresi.

Erosi budaya menyebabkan terjadinya pergeseran sosial dari masyarakat yang memiliki kedekatan keluarga dan saling menjaga menjadi masyarakat soliter seharusnya dapat diprediksi sebelumnya, namun sayangnya angka masyarakat Jepang yang meninggal dalam kesendirian yang sangat tinggi ini mencerminkan kegagalan Jepang dalam membangun sumberdaya manusianya ke depan.

Jepang kini terjebak dalam krisis demografi yang tidak mudah untuk diselesaikan karena memerlukan waktu yang sangat lama dan upaya yang sangat kuat untuk memulihkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun