Mahasiswa internasional di Australia menjadi tulang punggung  pendapatan negara yang nilainya mencapai $40-$50 milyar per tahun.  Dengan angka sebesar ini mahasiswa asing menymbang devisa yang sangat besar. Sumbangan devisa dari sektor pendidikan ini memang  sangat besar karena jumlah mahasiswa asing di Australia sampai bulan Februari 2024 mencapai 713,144 orang
Sebelum konflik Tiongkok dan Australia mahasiswa internasional dari Tiongkok yang angkanya mencapai 150 ribu orang merupakan penyumbang divisa terbesar dari sektor pendidikan ini. Â Demikian juga mahasiswa Indonesia yang jumlah rata ratanya mencapai sekitar 13.000 orang setiap tahunnya.
Jika dianalisa lebih dalam lagi faktor kedekatan jarak dan mutu pendidikan merupakan dua faktor utama yang menyebabkan Australa merupakan salah satu tujuan pendidikan favorit. Â Namun di kurun waktu 20 tahun terakhir biaya pendidikan di Australia meroket yang menyebabkan mahasiswa dan pemberi beasiswa pendidikan memilih negara lain untuk mengirimkan mahasiswanya karena lebih murah.
Sebagai gambaran mengirimkan mahasiswa untuk studi ke Australia untuk  jenjang master dan doktor akan setara dengan 4-5 mahasiswa jika menyelesaikan pendidikan di Indonesia dan beberapa negara lain di kawasan Asia yang memiliki reputasi akademik yang  sejajar dan bahkan lebih  tinggi biaya pendidikannya lebih murah.
Para penggiat pendidikan di Australia baru baru ini dikejutkan dengan rencana pembatasan jumlah mahasiswa internasional oleh pemerintah federal Australia.  Langkah pertama yang cukup mengejutkan adalah menaikan  biaya visa dari $ 710 menjadi lebih dua kali lipatnya yaitu mendapat $1.600 mulai tanggal 1 juli mendatang. Dengan biaya visa sebesar ini pembuatan visa lebih mahal  jika dibandingkan dengan negara pesaing lainnya di dalam dunia pendidikan yang diprediksi akan menurunkan jumlah mahasiswa asing di Australia.
Prediksi ini sangat masuk akal karena saat ini biaya akomodasi, biaya pendidikan, biaya hidup dan asusransi pendidikan di Australia meonjak sangat tajam dalam kurun waktu 20 tahun terakhir  ini dengan semakin memburuknya perekonomian Australia. Jika dianalisa lebih dalam lagi tampaknya kenaikan biaya visa ini memang ditujukan untuk memperoleh dana tambahan untuk mendanai pendidikan termasuk pemotongan utang lulusan, sukunan pendanaan peserta magang dan penerapan strategi imigrasi.
Dengan kebijakan seperti ini tampaknya pemerintah Australia ingin merampingkan jumlah mahasiswa internasional bukan dengan cara meningkatkan kuantitasnya tapi kualitasnya. Namun tampaknya dampak negatif dari kebijakan ini jika ditinjau dari perputaran ekonomi akibat keberadaan mahasiswa internasional di Australia akan siknifikan.
Kebijakan pemerintah untuk menaikkan biaya visa ini memicu keresahan dan kemarahan di kalangan mahasiswa internasional yang sedang menempuh pendidikan di Australia.  Peningkatan biaya visa ini bukan satu satunya beban yang dirasakan oleh mahasiswa internasional namun juga mereka diwajibkan untuk  menyediakan biaya deposit yang juga sangat tinggi.
Kebijakan ini mendapat resistensi dari  Asosiasi Pendidikan Internasional Australia yang menyatakan bahwa kebijakan pemerintah Australia yang mengejutkan ini merupakan pukulan yang telah bagi sektor pendidikan internasional di Australia dan akan berdampak besar pada perekonomian Australia karena jumlah mahasiswa asing diprediksi akan menurun tajam.
Dari sisi hubungan  dengan negara tetangga kenaikan biaya pendidikan dan visa ini tentunya akan memperuhi i hubungan Australia dengan negara tetangga di kawasan Indo Pasifik karena mereka akan lebih memilih untuk mengirmkan mahasiswa ke negara lain termasuk Inggirs yang biaya visanya hanya sebesar $900 dengan biaya pendidikan yang setetara atau bahkan lebih murah. Demikian juga jika dibandingkan dengan Kanada dan Amerika yang biaya visanya lebh murah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!