Fenomena gelombang K-Pop, K-film, K-beauty, K-food dll memang harus diakui sangat berhasil mendongkrak popularitas Korea Selatan dan juga perekonomian, namun ada sisi gelap yang menyertainya sebagai dampak gelombang ini jika ditinjau dari sisi identitas budaya dan standar kecantikan.
Ras Asia termasuk Korea sangat kental dipengaruhi oleh blue print genetik mongolid dengan ciri pada umnya kulit yang lebih gelap, mata yang lebih sipit dan hidung yang tidak semancung ras kaukasia.
Namun sayangnya identitas ras eksotik ini tampaknya tergerus oleh kebutuhan untuk merubah penampilan gadis bagai kebanyakan gadis Korea agar mata menjadi lebih besar, kulit lebih putih, rambut menjadi pirang, hidung lebih mancung untuk memimik ras kaukasia.
Jadi tidak heran jika standar kecantikan ala Korea ini sudah bergeser jauh dari kondisi aslinya. Ciri ciri ras eksotik khas Asia kini berbegeser dengan standar yang terbaru seperti alis harus rapi, dagu berbentuk V, kulit putih, mata besar, bibir penuh, tubuh langsing dan bugar. Standar kecantikan baru seperti inilah yang merasuki pikiran generasi Z Korea. Sebagai dampaknya operasi plastik merupakan tindakan yang sangat umum dilakukan untuk merubah penampilan secara instan.
Data yang dikeluarkan oleh Reuters mencerminkan hal ini secara gamblang seiring dengan maraknya industri bedah plastik di Korea Selatan.
Industri bedah plastik Korea Selatan pada tahun 2020 saja sudah bernilai US $15,5 miliar sedangkan industri kecantikannya yang lebih luas bernilai $16,4 miliar pada tahun 2022.
Pesatnya perkembangan industri bedah plastik di Korea Setalan ini dapat dipahami karena 25% wanita berusia antara 19 dan 29 tahun di Korea pernah menjalani operasi plastik.
Tidak hanya sampai disitu saja industri layanan pembuatan foto dengan teknik airbrush yang membuat wajah pemohon terlihat lebih putih dan langsing juga sangat marak.
Tuntutan akan standar kecantikan baru ini justru mempengaruhi kejiwaan gadis korea generasi Z karena ekspektasi kecantikan yang ekstrem telah merusak kepercayaan dirinya dan berkontribusi terhadap buruknya kesehatan mental.
Dari sisi psikologi begitu seorang gadis sudah masuk ke dalam lama dunia bedah plastik, maka dirinya akan terjebak dalam ketidakpuasan tanpa ujung akan penampilan dirinya karena apa yang telah dilakukan dirasakan tidak akan pernah cukup..
Menurut data yang dikeluarkan oleh intelijen bisnis Statstia, perubahan standar kecantikan Korea Selatan ini membuat negara ini dikenal dunia sebagai pusat bedah plastik dunia karena memiliki jumlah ahli bedah plastik per kapita tertinggi di dunia. Jadi tidak heran jika misalnya operasi kelopak mata merupakan operasi yang paling umum dilakukan sehingga jenis operasi plastik ini dikenal dengan operasi kelopak mata ganda Asia yang dapat merubah bentuk mata secara drastis. Di Korea Selatan sudah banyak orang tua memberi hadiah atas kelulusan anak gadisnya dengan hadiah operasi kelopak mata ini untuk meningkatkan penampilan anaknya.
Seiring dengan dilandanya gelombang operasi plastik, industri kecantikan dan perawatan kulit juga mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
Hal ini tentunya tidak terlepas dari gelombang perubahan penampilan perawatan kulit yang dikenal dengan K-beauty yang dipopulerkan oleh budaya K-Pop.
Catatan sejaarah menunjukkan bahwa perhatian gadis dan wanita Korea Setalan akan kecantikan sudah dikenal sejak zaman Dinasti Joseon (1392--1910). Saat itu kulit pucat diasosiasikan dengan kekayaan.
Saat itu orang yang bekerja di luar ruangan terpapar sinar matahari dan biasanya memiliki warna kulit yang lebih gelap dan diasosiasikan dengan golongan masyarakat kelas bawah.
Sebenarnya standar kecantikan wanita Korea di jaman itu lebih banyak dimaknai sebagai inner beauty seperti berbakti kepada orang yang lebih tua, melayani suami, dan menghabiskan waktu bersama anak-anak yang semuanya bisanya dilakukan di dalam ruangan. Disamping itu kecantikan lebih dipandang pada penampilan gadis dan wanita yang alami.
Tidak dapat dipungkiri memang gelombang mengubah penampilan gadis dan wanita Korea Selatan ini kini menjadi budaya baru yang berdampak pada politik, ekonomi, dan sosial tidak saja pada Korea Selatan namun juga dunia.
Namun di sisi lain tidak jarang standar kecantikan baru ala Korea Selatan ini menjadi toxic culture yang dapat mempengaruhi kesehatan mental.
Tidak sedikit generasi muda Korea Selatan yang mengalami kelainan makan karena menginginkan tampil langsing dan kecantikan buatan yang dilakukannya membuat dirinya merasa terasing.
Hal yang perlu dipahami bahwa perubahan penampilan yang ekstrim ini hanya mengubah penampilan luar semata namun blue print genetiknya masih tetap sama yaitu ras Asia dengan segala ciri khasnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI