Tahun ini saya memasuki tahun ke 10 di rumah yang dinamakan Kompasiana dengan segala suka dukanya dan  tentunya  sukanya  jauh lebih banyak dibandingkan dukanya.
Sebagai seorang pendidik,  Kompasiana merupakan perpustakaan pribadi saya dimana saya dapat menaruh tulisan ilmiah popular saya  tanpa harus takut akan hilang atau dimakan rayap.  Disamping itu hal yang paling menyenangkan adalah ketika mengajar dengan topik tertentu utamanya untuk mahasiswa S2 dan S3 memberikan tautan tulisan di Kompasiana saya yang relevan sebagai bahan bacaan tambahan untuk memperluas wawasan mereka karena memang tulisan ini dibuat sedemikian rupa agar mudah dibaca oleh orang awam sekalipun. Ada motif  lain sebenarnya yaitu dengan memberikan  bahan bahan tulisan sendiri ke mahasiswa S2 dan S3 ini agar mereka tergugah untuk meningkatkan literasi dan juga memotivasi mereka agar terbiasa untuk membaca dan menulis.
Sampai hari ini saya sudah menulis sebanyak 1,705 artikel di Kompasiana dengan topik yang beragam, namun sebagian besar merupakan tulisan ilmiah popular yang hampir di semua tulisan menyertakan referensinya, sehingga isi tulisannya dapat dipertanggung jawabkan  secara ilmiah keabsahannya.
Saya menyadari  tulisan ilmiah popular ini tentu saja tidak sepopuler tulisan opini dan pendapat pribadi dalam berbagai bidang  yang seringkali  viral dengan banyak pembaca. Namun saya melihat kenyataan bahwa tulisan ilmiah popular ini lebih long lasting, yang berarti semakin lama tulisan saya disimpan di Kompasiana dengan berjalannya waktu maka semakin banyak yang membacanya.
Jika saya analisa di internet  banyak yang membacanya  untuk digunakan sebagai bahan referensi untuk penulisan buku, skripsi, thesis dan disertasi, tidak saja dari Indonesia tapi juga dari negara lain. Hal inilah yang memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya karena tulisan ilmiah yang tergolong tersekmentasi pembacanya namun jumlah viewnya mencapai 2,651,244 kali.
Walaupun tulisan saya tersimpan apik dan rapi di Kompasisana, saya tetap memutuskan untuk menulis buku dari tulisan tulisan tersebut.  Ditahun 2017 lalu dari berbagai tulisan di Kompasiana ini saya berhasil menerbitkan buku dengan judul Australiana: Kisah Persahabatan Dua Bangsa setebal 469 halaman yang isinya  terkait  dinamika hubungan antara Australia dan Indonesia dalam berbagai hal termasuk pendidikan, politik, ekonomi ipteks yang mengangkat kesamaan landasan untuk peningkatan hubungan bilateral Australia dan Indonesia ke depan.
Tujuh tahun kemudian tepatnya di penghujung bulan Juni ini saya berhasil menerbitkan kembali satu buku referensi yang saya beri judul : Genetic Erosion: Amid Global Climate Change setebal  384 halaman yang berasal dari kumpulan tulisan ilmiah popular  di Kompasiana yang isinya pada intinya terkait erosi  sumberdaya genetik  flora dan fauna yang terdampak perubahan iklim global.  Isi buku ini menyadarkan kita bersama bahwa ke depan  sumberdaya genetik flora dan fauna akan menjadi penentu ketahanan pangan dan juga keberhasilan pencapaian Millennium Development Goal (MDG) dunia.
Buku ini sengaja saya tulis dalam bahasa Inggris dengan tujuan tersembunyi untuk menginternasionalisasikan Kompasiana sebagai platform bergensi untuk tulisan tulisan ilmiah popular yang sudah mulai banyak dirujuk.
Terima kasih Kompasiana atas segala pelayanan yang luar biasa sehingga memudahkan bagi saya menyebarkan ide ide kepada siapa saja yang membutuhkannya. Â Bagi saya Kompiana merupakan rumah yang asri untuk dihuni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H