Tidak seperti dikebanyakan negara maju ditengarai di negara Asia terjadi ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan yang cenderung lebih berat pada pekerjaan akibat kebutuhan ekonomi. Tekanan ekonomi ini lahirnya menjadikan banyak dari kalangan muda memilih untuk tidak memiliki anak.
Jika ditelisik lebih dalam, ketidaksetaraan gender dalam dunia kerja juga berperan dalam penurunan jumlah populasi ini karena di dunia kerja wanita yang memiliki anak mendapat perlakukan yang diskriminatif di dunia kerja karena dinilai tidak produktif.
Oleh sebab itu tidak heran jika banyak wanita yang terhenti karirnya setelah memiliki anak. Tekanan pekerjaan ini tentunya tuntutan pekerjaan membuat wanita karir sulit mengasuh anak pada saat yang bersamaan.
Dengan kompleksitas yang ada dapat disimpulkan bahwa penggelontoran dana semata mata oleh pemerintah tidak akan dapat mengatasi penurunan laju penduduk tanpa dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi dan menyelesaikan akar permasalahannya termasuk masalah sosial, budaya dan politik.
Jika dulu Jepang, Tiongkok, Taiwan, Korea Selatan dan Singapura menjadi Role model dalam pertumbuhan ekonomi kini negara ini mengalami masalah besar karena penduduknya yang semakin menua dan jumlah angkatan kerja usia mudanya semakin menyusut. Dalam jangka panjang bukan mustahil masa jayanya semakin memudar.
Bagi Indonesia walaupun pertumbuhan penduduknya belum bermasalah, namun penduduk Indonesia dan bonus demografi yang dimiliki Indonesia harus dapat dikelola dengan baik agar dapat menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan 10 besar negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia di tahun 2040.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H