Tiongkok kini tampaknya dirundung masalah besar terkait dengan penduduknya yang semakin menua. Masalah ini menjadi lebih kompleks dengan kondisi perekonomian yang melambat, menyusutnya tunjangan pemerintah, dan kebijakan satu anak yang telah berlangsung selama puluhan tahun yang telah menciptakan krisis demografi yang semakin parah.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PBB, penduduk Tiongkok mengalami penuaan dengan laju yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Di Tahun 2024 ini negara yang paling tinggi tingkat penduduknya dengan umur di atas 60 tahun adalah Jepang dengan persentase sekitar 37%, diikuti oleh Amerika (24%) Tiongkok (18% ) dan India (11%).
Namun jika peta kependudukan ini diproyeksikan sampai dengan tahuan 2080 mendatang, maka di tahun tersebut jumlah penduduk Tiongkok yang usianya diatas 60 tahun mencapai 48% dan menduduki peringkat pertama di dunia, diikuti dengan Jepang sekitar 45%, Amerika 35% dan India sekitar 33%.
Laju penuaan penduduk Tiongkok yang sedemikan cepatnya ini tentu saja mengundang kekhawatiran karena akan menyangkut masalah jaminan sosial seperti uang pensiun, fasiiltas pelayanan pendidikan dan fasilitas perawatan serta fasilitas kesehatan.
Dengan kondisi seperti ini maka Tiongkok diperkirakan akan kehabisan waktu untuk mencari solusi uang pensiun yang akan habis jika tidak dilakukan kebijakan ekstrim untuk mengatasi krisis ini.
Sebagai gambaran dalam kurun waktu 10 tahun mendatang saja akan terdapat sekitar 300 juta penduduk Tiongkok yang usianya masuk kelompok 50-60 tahun yang akan meninggalkan angkatan kerja yang tentunya akan berdampak siknifikan pada perekonomian Tiongkok sekaligus menambah beban uang pensiun.
Kondisi klasik penuaan penduduk ini akan jelas tampak di wilayah pedesaan dimana penduduk dengan usia di atas 65 tahun meningkat tajam ,sementara generasi mudanya meninggalkan wilayah pedesaan mencari pekerjaan yang lebih layak di perkotaan.
Secara tradisi pemerintah Tiongkok memang mengandalkan partisipasi masyarakat dalam merawat orang tua mereka yang semakin menua. Tradisi ini dinilai masih terpelihara dengan baik dimana anak biasanya merawat orang tua dimasa tuanya.
Namun ternyata mengandalkan tradisi ini saja tidak cukup untuk mengatasi krisis kependudukan yang akan semakin parah dalam kurun waktu 55 tahun ke depan.