Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Krisis Kependudukan Tiongkok Berubah Menjadi Krisis Kemanusiaan?

3 April 2024   08:52 Diperbarui: 3 April 2024   15:35 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disamping itu dampak kebijakan 1 anak satu keluarga yang diterapkan di periode 1980-2015 lalu berdampak besar pada kemampuan anak untuk merawat orang tuanyanya.

Jika dulu dalam satu keluarga ada beberapa anak, maka anak anaknya ini akan bergotong royong membiayai dan merawat orang tuanya, maka kini kemampuan anak merawat orang tuanya menjadi terbatas karena sang anak tentunya sudah memiliki keluarga yang juga harus ditanggungnya.

Jadi tidak heran jika dengan berjalannya waktu semakin banyak pula kaum muda yang meninggalkan orangtuanya yang telah berusia lanjut dan sebagian dari mereka hidupnya tergantung pada bantuan pemerintah.

Dalam kondisi seperti inilah diperkirakan pada tahun 2035 mendatang pemerintah Tiongkok akan kehabisan uang pensiun karena adanya peningkatan yang tajam dalam jumlah peduduk yang memasuki usia pensiun. Keadaan ini diperparah lagi karena di masa pandemi Covid-19 sebagian dana pensiun ini tergerus.

Tiongkok tercatat sebagi negara yang batas usia pensiunnya terendah di dunia. Sebagai gambaran batas usia pensiun untuk laki laki adalah 60 tahun, sedangkan untuk wanita lebih rendah lagi yaitu 55 tahun untk wanita yang kerja di kantoran dan 50 tahun untuk wanita pekerja biasa.

Salah satu solusi yang mungkin ditempuh oleh pemerintah Tiongkok untuk mengatasi krisis uang pensiun ini adalah meningkatkan batas usia pensiun, namun tentunya langkah ini merupakan solusi sesaat saja karena krisis yang sebenarnya akan terjadi 25 tahun kedepan.

Di masa tersebut diperkirakan akan semakin banyak panti jompo yang harus didirikan baik oleh pihak swasta maupun oleh pemerintah untuk mengatasi krisis kependudukan ini. Hal ini tentunya berarti akan semakin besar lagi pengeluaran pemerintah Tiongkok untuk kelompok usia tua ini.

Sebenarnya Jepang juga sedang berjuang untuk mengatasi penduduknya yang mengalami penuaan, namun tampaknya dari segi perekonomian Jepang tampaknya lebih berpeluang untuk keluar dari krisis kependudukan ini karena perekonomiannya yang lebih kuat dan jumlah penduduknya yang lebih sedikit dari Tiongkok.

Dalam situasi yang sangat rumit ini suka tidak suka mau tidak mau pemerintah Tiongkok harus mengambil langkah ekstrim untuk mengatasi masalah penduduknya yang semakin menua, jika hal ini gagal dilakukan maka bukan tidak mungkin krisis kependudukan ini akan berubah menjadi krisis kemanusiaan.

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun