Peristiwa ini merupakan peristiwa kelam yang kelak berpengaruh pada tingkat kelangkaan satwa liar yang sangat unik ini karena jumlah koala yang dibantai ini hampir sama dengan jumlah koala yang ada di seluruh Australia saat ini.
Masa kelam itu memang sudah berlalu karena saat ini koala dikatagorikan sebagai satwa liar yang terancam punah dan dilindungi secara ketat oleh pemerintah Australia yang tentunya memberikan secercah harapan untuk pengembangan kembali populasi koala di Australia ke angka populasi yang optimal.
Peristiawa "Black August" di tahun 1927 ini merupakan peristiwa tragis yang berdampak pada penurunan jumlah koala secara drastis.  Saat ini penurunan populasi koala masih terus terjadi karena  adanya  tekanan lingkungan berupa  penggundulan hutan dan kebakaran hutan yang membuat sumber pakan koala  yaitu daun eucalyptus semakin berkurang.
Saat ini kondisinya tentu saja berbeda karena kecintaan masyarakat Australia dan dunia terhadap koala makin tinggi. Â Disamping itu penurunan populasi koala sejak abad 20 membuat pemerintah Australia dan masyarakat mengambil langkah drastis untuk melindungi satwa liar yang terancam punah ini.
Gerakan masal masyarakat untuk melindungi koala dari pembataian ini terus membesar membuat  pemerintah saat itu lebih hati hati  dalam membuat kebijakan  karena dampaknya sangat besar pada penurunan populasi koala.  Pembataian ini meninggalkan bayi bayi koala mati ketika induk dan pejantan jadi korban keserakahan manusia.
Peristiwa kelam ini menyadarkan kita semua bahwa aktivitas manusia merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkunan dan  kelangkaan satwa liar. Hanya dengan gerakan perlindungan satwa liar saja yang dapat membantu mengurangi  penurunan populasi satwa liar dan  ancaman kepunahan.
Rujukan :Â satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H