Hubungan PBB dan Israel kini berada dalam titik nadir karena  secara terbuka pejabat senior PBB mengkritisi serangan Israel yang memakan korban jiwa paling tidak sebanyak 26 ribu jiwa. Kritik  terbuka ini tentunya membuat marah Israel utamnya atas seruan PBB agar Israel menghentikan serangan dan melakukan gencatan senjata.
Kecaman Israel terhadap PBB Â memuncak ketika Sekretaris Jenderal PBB Antnio Guterres menggunakan alat diplomatik yang jarang digunakan untuk membawa konflik tersebut ke Dewan Keamanan PBB sekaligus mendesak agar Dewan Keamanan PBB dapat mengambil langkah untuk mncegah bencana kemanusiaan yang lebih besar lagi. Â Sementara Israel menganggap bahwa genjatan senjata akan merugikan Israel karena akan memperkuat kendali Hamas atas Gaza.
Jika ditelusuri lebih  lanjut selama ini UNRWA memang menjadi sasaran kriitik Israel  karena selama ini dituduh melakukan hasutan yang menimbulkan sentimen  anti israel dan juga mengalihkan bantuan dunia untuk ke Hamas.  Bahkan  di tahun 2017 lalu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyerukan pembubaran  badan PBB tersebut.
Di pihak lain UNRWA membantah tuduhan Israel bahwa organisasi ini mengalihkan bantuan dunia ke Hamas.  Bahkan UNRWA menyatakan mengutuk keras serangan Hamas tanggal 7 Oktober 2023. Sementara itu menurut  data yang dikeluarkan oleh UNRWA, perang Hamas dan Israel ini sampai saat ini telah menewaskan 152 staf UNRWA yang merupakan kehilangan besar bagi organisasi ini.
Jika dianalisa lebih dalam lagi kedua kejadian ini tampaknya tidak saling terpisah dan dapat diartikan sebagai reaksi Israel terhaadap Keputusan Mahkamah Internasional. Â Apapun alasannya penghentian dana oleh negara donor UNRWA ini akan berdampak langsung pada korban konflik Hamas dan Israel yang akan berujung pada tragedi kemanusiaan di era moderen.
Konflik Hamas dan Israel kini telah menjelma  menjadi  bola salju yang semakin membesar dan meluas.  Negara negara di sekitar kawasan konflik ini sudah mulai terlibat yang tentunya akan menimbulkan ketidakpastian dan ketidak stabilan kemanan dan politik di kawasan Timur Tengah yang saat ini tidak bertuan karena ditinggal oleh Amerika dan sekutunya.
Perhatian  dunia terhadap perang Rusia dan Ukraina kini sudah bergeser ke konflik Hamas dan Israel di Gaza dan penyelesaiannya tampaknya akan lebih rumit. Aktivitas penyerangan terhadap kapal komersil di laut merah oleh Houthi akan mengganggu perdagangan internasional dan dapat menjadi pemicu peningkatan harga bahan bakan dan kebutuhan pokok dunia. Sementara itu serangan Amerika, Inggris dan sekutunya terhadap Houthi di wilayah Yaman diperkirakan memperluas konflik di kawasan ini.
Keterlibatan personel UNRWA jika nantinya terbukti bukan otomatis berarti UNRWA secara organisasi terlibat. Hal ini tentunya perlu menunggu hasil peyelidikan yang lebih mendalam akan kebernaran ini. Oleh sebab itu dunia internasional harus lebih hati hati dalam menyikapi hal ini utamanya jika ingin menghentikan bantuannya karena jika salah langkah maka  akan memicu tragedi kemanusiaan yang lebih besar lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI